Dalam bacaan Alkitab hari ini, Ayub memaparkan kehebatan manusia yang memiliki pengalaman & pengetahuan, sehingga dapat melakukan banyak hal (28:1-11). Pengalaman adalah ingatan dan pemikiran yang berharga dari seseorang, sedangkan pengetahuan adalah ingatan dan pemikiran yang berharga dari banyak orang. Pengalaman dan pengetahuan dapat diolah sehingga menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Masalahnya, berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya, manusia hanya bisa mengetahui masa lalu, tetapi tidak bisa mengetahui masa depan. Manusia hanya bisa memprediksi masa depan. Oleh karena itu, pengetahuan dan pengalaman yang mengacu pada masa lalu saja tidak selalu bermanfaat. Sebagai contoh, semua pengalaman dan pengetahuan yang ada tidak mampu mengatasi permasalahan pandemi Covid-19, sehingga pandemi membawa dampak negatif yang sangat besar.
Ayub memaparkan bahwa hikmat lebih berharga dari mutiara (28:18). Hikmat adalah bagaimana menggunakan pengalaman dan pengetahuan secara tepat agar bisa bermanfaat untuk masa depan. Manusia membutuhkan hikmat, namun Ayub mempertanyakan di manakah hikmat dapat diperoleh (28:12), jalan ke sana tidak diketahui manusia (28:13). Namun, Ayub mengatakan bahwa Allah mengetahuinya (28:23) karena dia Maha Tahu, sehingga bisa melihat hingga ke ujung bumi, bahkan dia bukan hanya tahu untuk saat ini, Dia juga tahu apa yang akan terjadi bahkan dia dapat merancang apa yang akan terjadi. Takut akan Tuhan itulah Hikmat, menjauhi kejahatan itulah akal budi (28:28).
Hikmat hanya berasal dari Allah. Saat Ayub merasa begitu dekat dengan Allah, dia mendapat hikmat Allah, sehingga ia didatangi orang-orang yang membutuhkan bantuan. Karena Ayub tahu pentingnya hikmat, ketidaktahuan tentang penyebab penderitaannya tidak membuat dia menafsirkan sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, tetapi dia tetap menunggu jawaban Tuhan.
Walaupun kita memerlukan pengalaman dan pengetahuan, hikmat Tuhan lebih penting karena hikmat itulah yang membuat pengalaman dan pengetahuan kita menjadi berharga untuk masa depan. Dalam menghadapi penderitaan, Ayub tidak mengandalkan pengetahuan dan pengalaman, melainkan mencari--dan menunggu--hikmat Allah. Bagaimana dengan Anda: Apakah Anda selalu berusaha mencari kehendak Allah setiap kali Anda hendak bertindak atau Anda hanya mengandalkan pengetahuan dan pengalaman?