Elihu adalah sahabat Ayub yang mengutarakan pendapat di urutan terakhir. Dia berpandangan bahwa dirinya, Ayub, dan sahabat-sahabatnya setara di hadapan Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya (33:6). Elihu juga berpendapat bahwa mereka yang sudah lebih lanjut umurnya tidak secara otomatis memiliki hikmat dan mengerti tentang keadilan, tetapi hikmat dan pengertian itu merupakan pemberian Yang Maha Kuasa (32:8-9). Karena sadar bahwa dirinya paling muda, Elihu--yang merasa berhak berbicara sama seperti yang lain--merendahkan diri dan menunggu seluruh diskusi antara Ayub dan ketiga sahabatnya selesai, barulah dia berbicara (32:4). Sambil menunggu, dia menyimak seluruh diskusi (32:11). Dia berusaha memberikan pendapat secara objektif, tidak memihak (32:21). Dia menganggap sahabat-sahabatnya bersalah karena menuduh Ayub tanpa memberikan bukti (32:3). Dia juga menganggap Ayub bersalah karena Ayub merasa lebih benar dari Allah, menganggap dirinya bersih dan suci (32:2; 33:9) sedangkan Allah dianggap memusuhi dirinya (33:10-11). Elihu berusaha menjawab kegelisahan Ayub yang merasa bahwa Allah tidak menjawab segala perkataannya (33:13). Menurut Elihu, Allah bisa berfirman dengan berbagai cara. Masalahnya, sering kali manusia tidak memperhatikan bahwa Allah dapat memberi jawaban melalui mimpi, melalui penderitaan, atau melalui malaikat yang memberikan kelepasan (33:14-24).
Alkitab menjelaskan bahwa Allah dapat memakai binatang, tumbuhan, peristiwa alam, malaikat, dan manusia untuk berkomunikasi dengan umat-Nya. Saat kita menantikan jawaban doa, mungkin kita gagal menyadari jawaban Allah karena kita membatasi jawaban Allah melalui anggapan bahwa jawaban itu harus sesuai dengan apa yang kita inginkan. Mungkin pula kita gagal menyadari jawaban Allah saat Allah memakai cara-cara di luar dugaan--sesuai dengan apa yang Allah anggap baik--untuk menjawab permohonan kita. Jadi, bila kita merasa bahwa Allah tidak menjawab doa kita, mungkin saja masalah sebenarnya adalah kekurangpekaan kita terhadap jawaban Allah. Sadarilah bahwa Allah bekerja dengan caranya sendiri! Manusia yang terbatas tidak akan mampu menyelami seluruh pekerjaan Allah. Namun, bila kita berusaha untuk makin mengenal Allah melalui firman-Nya, kita akan bisa melihat bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita. Yang dibutuhkan umat-Nya hanyalah iman yang memercayai bahwa Allah pasti menjawab permohonan umat-Nya serta penyerahan diri untuk sabar menanti Allah bertindak dengan cara-Nya sendiri. Apakah Anda telah berusaha memahami dan menerima cara kerja Allah dalam hidup Anda?