Ketika berkhotbah pada hari Pentakosta bahwa Yesus Kristus telah dibangkitkan dari kematian, Rasul Petrus mengutip Mazmur 16:8-11. Ia mengemukakan bahwa Raja Daud tidak mungkin berbicara tentang dirinya sendiri dalam Mazmur 16 ini. Alasannya, ia sudah lama mati. Jadi, Rasul Petrus menyimpulkan bahwa Raja Daud berbicara atas nama Kristus, Pribadi yang tidak tinggal di dalam kubur dan tidak membusuk (16:10). Saat Rasul Petrus menerapkan mazmur ini kepada Yesus Kristus, orang banyak di Yerusalem mendengarnya dan tiga ribu orang menjadi percaya. Rasul Paulus juga mengkhotbahkan kebangkitan Yesus Kristus dari mazmur ini kepada orang Yahudi di Antiokhia (Kisah Para Rasul 13:35). Ia membaca Mazmur 16 dengan cara yang sama seperti Rasul Petrus. Mereka sependapat bahwa Raja Daud tidak mungkin berbicara tentang dirinya sendiri, sebab ia juga mengalami kematian.
Karena Raja Daud berbicara untuk Kristus, maka Mazmur 16 menolong kita menyelami pergumulan Yesus Kristus. Tuhan Yesus menjalani kehidupan-Nya di dunia dengan menempuh jalan yang sulit untuk menuju salib. Dia dengan berani menghadapi kematian. Dia telah menjadi sama seperti kita, manusia, bagaimana Dia bisa begitu berani menghadapi kematian? Bagaimana perasaan-Nya saat itu? Apa yang Dia doakan ketika tidak ada orang lain di sekitar-Nya? Bagaimana Dia bisa yakin bahwa diri-Nya akan bangkit kembali?
Roh Kudus dapat memakai mazmur ini untuk menguatkan jiwa kita di dalam Kristus. Saat menghadapi masalah atau kesulitan yang mengguncang iman, pikiran Tuhan Yesus perlu menjadi pikiran kita dan perasaan-Nya perlu menjadi perasaan kita. Dalam mazmur ini, Raja Daud mengungkapkan komitmen (16:1-3), kepuasan (16:4-8), dan keyakinannya (16:9-11). Dia pertama-tama menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada TUHAN. Dia percaya bahwa TUHAN akan melindungi dan menyediakan setiap hal yang baik baginya. Dia tidak menyiapkan rencana cadangan. Jika TUHAN tidak datang untuknya, maka dia "tamat". Komitmen ini adalah tempat iman dimulai. Kemudian komitmen Raja Daud diikuti oleh kepuasannya. Memercayai TUHAN berarti kita memilih untuk bersukacita. Dia sangat senang dengan cara TUHAN memberkati melalui kehadiran-Nya (16:8b). Akhirnya, komitmen dan kepuasan mengarah pada keyakinan diri. Dia bernyanyi tentang keyakinannya akan kebangkitan. Sebagai orang percaya, kita yakin bahwa kematian fisik bukanlah akhir. Bagaimana keyakinan Anda kepada TUHAN mempengaruhi kehidupan Anda sehari-hari? Bagaimana Anda membangun dan memperkuat keyakinan Anda?