Mengapa Allah menghukum bangsa Moab? Selain merupakan musuh umat Israel, bangsa Moab adalah bangsa yang angkuh (16:6; Yeremia 48:29-30) dan tidak percaya kepada Allah. Mereka menyembah Dewa Kamos (Yeremia 48:46). Ingatlah bagaimana Balak--Raja Moab-- meminta Bileam untuk mengutuki umat Israel (Bilangan 22-25). Pada zaman Hakim-hakim, Eglon--Raja Moab--menindas umat Israel (Hakim-hakim 3: 12-30). Hal yang menarik dari bacaan Alkitab hari ini tentang Moab adalah keangkuhan mereka. Moab bukan bangsa yang besar, tetapi mereka bersikap sombong. Jelas terlihat bahwa dosa keangkuhan begitu merajalela dalam kehidupan manusia. Baik yang berada di posisi tinggi maupun yang berada di posisi rendah, semuanya ingin meninggikan diri. Baik orang yang berjabatan tinggi maupun orang yang tidak berjabatan ingin dihormati. Setiap orang berlomba untuk memuliakan diri sendiri dengan cara masing-masing.
Allah menyampaikan nubuat penghukuman terhadap bangsa Moab, tetapi Ia memberi mereka kesempatan untuk datang kepada-Nya. Mengapa Allah bersikap seperti itu? Sejarah Israel menjelaskan siapakah Bangsa Moab ini. Mereka adalah keturunan Lot yang berkembang setelah Sodom dan Gomora dimusnahkan Allah. Bangsa Moab memiliki ikatan saudara dengan umat Israel, tetapi keberadaan mereka berasal dari hubungan tercela antara Lot dengan putri sulungnya (Kejadian 19:30-38). Raja Daud juga memiliki darah Moab karena ia adalah keturunan Boas dengan Rut yang merupakan seorang perempuan Moab (Rut 1:4). Tidak mengherankan bila Nabi Yesaya bersikap empati terhadap bangsa Moab. Ia turut berduka ketika menyampaikan nubuat penghukuman yang akan menimpa bangsa Moab (Yesaya 16:9-11).
Allah memberi kesempatan kepada bangsa Moab untuk kembali pada-Nya dengan memberi mereka tenggat waktu selama 3 tahun (16: 14). Selama tenggat waktu tersebut, mereka harus sadar bahwa mereka tidak dapat luput dari hukuman jika mereka tetap beribadah kepada Kamos (16:12). Mereka seharusnya datang ke Yerusalem, memercayai Allah, dan merendahkan diri sebagaimana yang pernah mereka lakukan dahulu (16:1). Mesa, Raja Moab, pernah membayar upeti kepada Raja Israel sebesar seratus ribu anak domba dan bulu dari seratus ribu domba jantan. Namun, setelah Raja Ahab mati, memberontaklah bangsa Moab kepada Raja Israel (2 Raja-raja 3:4-5). Moab adalah bangsa yang seharusnya kembali kepada Allah. Mereka ada karena diselamatkan dari hukuman terhadap Sodom dan Gomora. Namun, mereka memilih jalan sendiri dan menjadi sombong. Apakah kita sudah hidup dengan rendah hati di hadapan Tuhan?