Menjadi murid Kristus adalah panggilan setiap orang percaya. Orang percaya bukan penggemar, melainkan murid Kristus. Itulah kekristenan yang sejati! Untuk menjadi seorang murid, teladan kita adalah Tuhan Yesus, Sang Guru Agung. Ia memberi contoh nyata tentang gambaran seorang murid. Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari bacaan Alkitab hari ini adalah: Pertama, seorang murid memiliki lidah murid, yaitu lidah yang menyampaikan perkataan yang memberi semangat kepada orang yang letih lesu (50:4). Seorang murid harus berhati-hati memakai lidahnya agar tidak mengatakan dusta, fitnah, kata-kata tidak senonoh, atau kata-kata kasar, termasuk saat sedang bercanda. Perkataan murid Kristus harus bersifat membangun orang lain.
Kedua, seorang murid memiliki telinga yang tajam untuk mendengarkan Gurunya (50:4). Ia suka mendengarkan ajaran Gurunya, dan ia akan mendengarkan dengan penuh perhatian. Seorang murid memiliki waktu pribadi untuk bertemu dan mendengarkan Gurunya setiap hari. Perkataan "pagi demi pagi Ia mempertajam pendengaranku" (50:4) berarti bahwa seorang murid harus menyediakan waktu setiap hari untuk mendengarkan suara Gurunya melalui firman Tuhan yang ia baca atau ia dengarkan.
Ketiga, seorang murid akan meneguhkan hatinya menjadi seperti gunung batu saat menghadapi salib yang harus ia pikul (50:7). Yesus Kristus tidak mundur ketika mengetahui bahwa di depan ada salib yang harus Ia pikul. Sebagai Allah yang Maha Tahu, Ia tahu bahwa ada penderitaan hebat--dipukul, dihina, diludahi--yang akan Ia alami. (50:6). Ia tidak lari, tidak kecewa, melainkan Ia tetap memercayai Allah Bapa (50:7-9). Ia tahu bahwa Ia tidak akan mendapat malu karena Bapa akan membela perkaranya. Setelah mengalami semua penderitaan dan tetap taat, Yesus Kristus dimuliakan. Ia bangkit dari kematian, dan Ia naik ke surga dalam kemuliaan.
Renungkanlah kehidupan Anda: Apakah Anda sudah menjadi murid Kristus? Kondisi orang Kristen pada masa kini tampaknya berlawanan dengan keinginan Tuhan. Pada masa kekristenan mula-mula, ada orang yang meninggalkan iman karena penganiayaan. Saat ini, banyak orang meninggalkan iman bukan karena penganiayaan, tetapi karena pengaruh kesenangan duniawi. Harta melimpah bisa membuat seseorang merasa tidak membutuhkan Tuhan. Kemajuan teknologi dan kesejahteraan hidup bisa membuat orang tidak mau lagi menjadi murid Kristus. Bagaimana dengan Anda: Apakah Anda sudah menjadi murid Kristus yang sejati?