Yesaya 49:8-21

Allah yang Tidak Melupakan Umat-Nya

23 Desember 2023
Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono

Makna Natal yang Sejati

Bulan Desember adalah bulan yang paling menyenangkan di antara bulan-bulan lain di sepanjang tahun. Dekorasi yang indah, lagu-lagu merdu yang menghangatkan hati, dan banyaknya perayaan Natal mendatangkan kegembiraan dan suasana ceria. Budaya kontemporer yang memeriahkan bulan Desember, disadari maupun tidak, dapat mengaburkan makna kisah Natal yang sejati. Di sejumlah negara, Natal tidak lagi dikaitkan dengan kedatangan Sang Mesias sebagai Juruselamat bagi orang yang percaya kepada-Nya, tetapi menjadi momen kebersamaan antar sesama dalam nuansa liburan, tawaran diskon, dan pelesiran akhir tahun.

Berbeda jauh dengan budaya manusia zaman ini, kelahiran Sang Mesias disambut dan dirayakan dalam heningnya malam. Yusuf dan Maria adalah saksi lahirnya Sang Penebus di tempat yang tidak patut dijadikan tempat bersalin. Bayi Yesus Kristus diletakkan di atas tempat yang tidak patut menjadi tempat pembaringan bayi yang baru lahir. Berita kesukaan besar bagi segala bangsa diberitakan bukan di pusat pemerintahan Romawi atau di Yerusalam yang menjadi titik sentral kepemimpinan masyarakat Yahudi, tetapi disampaikan oleh malaikat justru kepada para gembala yang menjaga domba di malam hari. Para gembala adalah kaum tidak terpandang saat itu. Mereka terpilih sebagai saksi kedatangan bala tentara surga yang menyanyikan pujian pengagungan bagi Allah saat kelahiran Sang Mesias. Beberapa bulan kemudian, Alkitab mengungkapkan kontras antara sikap tiga orang Majus dengan para imam kepala dan kaum Farisi. Ternyata, tiga sarjana dari Timur itulah yang mencari dan menyembah Yesus Kristus sedangkan para pemimpin Yahudi tidak tergerak untuk mencari dan menyembah Dia, padahal mereka bisa menafsir dengan tepat lokasi kehadiran Sang Mesias berdasarkan catatan nubuat para nabi.

Dari zaman kelahiran Kristus hingga saat ini, Natal direspons dengan berbeda-beda. Ada yang menyambut dengan penyembahan yang benar dan mendapat sukacita yang besar; ada yang tidak menyambutnya sama sekali; dan ada yang menanggapi dengan keliru. Padahal, Natal adalah bukti bahwa Allah tidak pernah melupakan umat-Nya. Natal adalah penggenapan rencana kekal Allah untuk menebus manusia dari belenggu dosa. Sang bayi Natal--yang disebut Imanuel--memperlihatkan dengan gamblang bahwa Allah menyertai umat-Nya. Marilah kita menyiapkan hati untuk masuk ke dalam renungan di momen Natal tahun ini dan meminta agar Allah semakin memperkenalkan diri-Nya kepada kita secara pribadi. [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]

Allah yang Tidak Melupakan Umat-Nya (Pra-Natal)
Sabtu, 23 Desember 2023

Bacaan Alkitab hari ini:
Yesaya 49:8-21

Bangsa Israel yang sedang dalam pembuangan di Babel mendengar ajakan Allah untuk bersorak dan bergembira karena Allah yang setia kepada janji-Nya menghibur dan menyayangi umat-Nya (49:13). Akan tetapi, Israel justru berkata bahwa Allah telah meninggalkan dan melupakan mereka (49:14). Perkataan itu menunjukkan adanya keraguan atas pemeliharaan Allah dalam hidup mereka. Walaupun hidup kita saat ini berbeda dengan umat Israel yang berada dalam pembuangan, kita mungkin sedang atau pernah berada dalam kesulitan hidup berkepanjangan yang tidak segera usai seperti menderita penyakit kronis atau penyakit akut yang membuat kita menjadi sangat tidak nyaman, atau kita bisa mengalami kesulitan ekonomi yang tidak kunjung membaik atau kita bisa mengalami masalah hidup lainnya. Dalam pergumulan seperti itu, mungkin saja ada orang yang mempertanyakan kebaikan Tuhan dan berkata, "Mengapa Tuhan demikian tega terhadap saya?"

Allah menjawab umat Israel melalui penggambaran sikap seorang ibu kepada anaknya. Umumnya, seorang ibu memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anaknya karena ia mengandung bayinya selama sekitar sembilan bulan. Seorang ayah memiliki ikatan darah dengan anaknya, sedangkan seorang ibu memiliki ikatan batin dengan buah rahimnya. Meskipun demikian, ada kisah ibu yang mengabaikan atau menganiaya anaknya. Misalnya, ada anak berusia 12 tahun yang ditelantarkan dan mendapatkan kekerasan fisik dari ibunya sendiri (sumber: M. Chairul Halim dan Nursita Sari, "Masih Trauma, Anak yang Ditelantarkan Ibunya di Depok Belum Bisa Dimintai Keterangan," kompas.com, 7 Februari 2023). Walaupun ibu kandung bisa melupakan dan tidak menyayangi anak kandungnya, Allah menegaskan bahwa Ia tidak mungkin melupakan Israel (49:15). Allah menyatakan bahwa seperti seseorang menato tulisan di tubuhnya, Allah menato atau melukiskan nama umat Allah di tangan-Nya sendiri (49:16). Tembok-tembok yang merupakan simbol rasa aman dari kota di zaman kuno selalu ada dalam pandangan mata Allah (49:16). Dengan demikian Allah mengungkapkan bahwa Ia tidak mungkin mengabaikan umat-Nya. Ia selalu melindungi dan memelihara umat-Nya.

Bukti paling jelas dari kepedulian Allah kepada manusia adalah kehadiran Allah secara fisik di antara manusia. Natal, adalah bukti kasih Allah kepada dunia ini (Yohanes 3:16). Tidak ada seorang pun atau suatu hal apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus (Roma 8:39). "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:31). Apakah Anda sudah belajar untuk lebih berharap dan percaya kepada-Nya?

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design