Kelahiran Kristus melalui seorang ibu menunjukkan bahwa Allah memilih cara menjadi Manusia sejati, sama seperti manusia biasa yang diciptakan oleh Allah. Kelahiran Kristus pun melalui proses layaknya bayi yang baru dilahirkan. Dia dibalut dengan kain untuk menghangatkan tubuh-Nya, dibaringkan, dan--meskipun Alkitab tidak mencatat--diberi asupan makanan serta minuman oleh Yusuf serta Maria. Alkitab mencatat bahwa Kristus menjadi lebih dewasa (Lukas 2:52). Walaupun keilahian Kristus berarti bahwa Ia adalah "Maha-" dalam segala sesuatu, kemanusiaan-Nya terlihat dalam adanya proses pertumbuhan yang sama dengan yang dialami setiap orang. Dalam pelayanan-Nya, terlihat bahwa Ia juga mengalami merasa lapar (Matius 4:2) serta merasa haus dan letih setelah berjalan jauh (Yohanes 4:5-7). Tepatlah catatan bahwa Kristus merasakan kelemahan manusiawi seperti kita, tetapi Dia tidak pernah berdosa sepanjang hidup-Nya (4:15).
Selama melayani di dunia, Kristus mengalami banyak hal, misalnya adanya orang-orang Yahudi yang ingin membunuh Dia (Markus 3:6). Mereka berulang kali berusaha menjebak Kristus, padahal Ia mengasihi semua manusia yang Ia ciptakan. Yang lebih menyakitkan, Petrus--murid yang Ia kasihi dan termasuk dalam lingkaran inti pelayanan Kristus pun mendukakan hati-Nya saat Petrus menyangkal Gurunya di hadapan orang Yahudi yang lain, bahkan Kristus memandang saat Petrus menyangkal untuk ketiga kalinya (Lukas 22:61). Beberapa dari kita mungkin pernah dikhianati oleh orang yang dikasihi, atau disakiti oleh orang yang kita percaya. Meskipun tidak sama persis, Kristus pernah mengalami pengalaman disakiti dan dikhianati seperti kita. Kristus juga pernah menangis oleh karena Lazarus yang meninggal. Peristiwa itu dicatat dalam Injil Yohanes dengan sebuah komentar bahwa Kristus sungguh mengasihi Lazarus (Yohanes 11:36). Ada di antara kita yang pernah merasa kehilangan karena orang yang kita kasihi lebih dahulu meninggalkan kita. Kristus pun pernah mengalami duka cita akibat kehilangan orang yang Ia kasihi, seperti yang kita alami. Pengalaman Kristus yang juga mirip dengan pengalaman kita adalah bergumul melalui doa saat merasa takut dan cemas, namun hal yang ditakuti itu tidak lenyap dan tetap harus dihadapi. Bukankah kisah di Getsemani itu mirip dengan peristiwa yang pernah atau sedang kita alami?
Natal menjelaskan bahwa Kristus sangat memahami pergumulan kita karena Dia pernah mengalami pergumulan manusiawi. Apakah Anda masih meragukan kepedulian Allah? Allah sangat mengenal pergumulan kita! Yakinkah Anda bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik bagi diri Anda?