Selain menjawab keberatan jemaat keturunan Yahudi di pasal 3 dan 4, Rasul Paulus juga menjawab keberatan yang lain di pasal 6 ini, yakni keberatan terhadap pengajaran tentang kasih karunia Allah, yakni anugerah pembenaran dan pengampunan atas dosa--sebesar apa pun--yang hanya berdasarkan iman (5:20). Jemaat keturunan Yahudi mengkhawatirkan terjadinya sikap kesengajaan berbuat dosa (6:1). Jawaban Rasul Paulus terhadap keberatan ini sangat jelas dan tegas.
Menurut Rasul Paulus, ada kebenaran rohani yang harus mereka ketahui. Ia mengulang kata "tahu" tiga kali untuk menekankan pentingnya mengetahui kebenaran ini di pikiran mereka (6:3,6,9). Di ayat 11, ia memakai perkataan "Demikianlah hendaknya kamu memandangnya". Kata "memandangnya" di sini mengandung pengertian "bergantung kepada" atau "mengandalkan". Artinya, kebenaran yang sudah mereka ketahui di kepala harus menjadi keyakinan dalam hati. Kebenaran atau pengetahuan yang Paulus maksud adalah bahwa ketika mereka beriman kepada Kristus--yang ditandai dengan baptisan--saat itu juga, hidup mereka yang lama turut mati bersama dengan kematian Kristus dan turut dibangkitkan dalam hidup yang baru bersama dengan kebangkitan Kristus. Jadi, sekarang mereka memiliki hidup yang baru, sekaligus mereka hidup dalam aturan main yang baru. Maksudnya, menjadi orang Kristen berarti berganti Tuan atau berganti Penguasa hidup, termasuk berganti aturan main. Dulu, mereka adalah hamba dosa dan tervonis berdosa oleh hukum Taurat. Tuan mereka yang jahat adalah Iblis. Kristus sudah menebus dosa mereka. Sekarang, mereka adalah hamba Kristus. Kristus adalah Tuan mereka yang baru, yang baik, dan yang mengasihi, sehingga Ia layak menerima ketaatan total mereka. Secara logika, mereka telah mati terhadap dosa. Artinya, mereka seharusnya tidak merespons atau tidak tunduk terhadap dosa. Anggota-anggota tubuh mereka seharusnya tidak dipakai untuk berbuat dosa karena kuasa dosa tidak punya hak untuk menuntut ketaatan mereka (6:12). Mereka bukan hanya tidak wajib melayani tuan yang lama dan tujuan jahatnya, tetapi mereka wajib menaati Tuan yang baru dan tujuan kekal-Nya secara sukarela dan dengan sukacita. Itulah sebabnya, Rasul Paulus menambahkan, "Serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata kebenaran." (6:13).
Renungkanlah: Apakah saat ini, Anda telah menyerahkan seluruh hidup Anda--semua bagian tubuh Anda, seluruh talenta Anda, dan segala kepunyaan Anda--atau masih ada sesuatu yang dipakai untuk kepentingan dosa? Apakah seluruh hidup Anda telah semakin dimanfaatkan bagi kepentingan misi Allah di dalam dunia?