Bahasa Ibrani telah dianggap punah sejak sekitar tahun 300-400 M, saat bangsa Yahudi tidak lagi berada di negeri mereka. Ensiklopedia Britannica edisi pertama yang terbit tahun 1911 mencatat, "Peluang bahasa Ibrani untuk dipulihkan penggunaannya dan munculnya kembali kerajaan Yahudi di Timur Tengah adalah nol." Akan tetapi, 36 tahun kemudian, tepatnya tanggal 14 Mei 1948, PBB mengumumkan berdirinya negara Israel dengan bahasa Ibrani sebagai bahasa sehari-hari. Fakta sejarah ini turut menjawab dua pertanyaan yang juga dijawab sendiri oleh Rasul Paulus, yakni apakah Israel sudah 'jatuh' (sudah tamat) dan apakah Allah menolak Israel karena Israel menolak Yesus Kristus (11:1, 11). Jawaban Paulus sangat tegas: "Sekali-kali tidak!"
Selanjutnya, Rasul Paulus membukakan kebenaran yang mengejutkan tentang kelanjutan rencana keselamatan Allah setelah bangsa Yahudi menolak Yesus Kristus: Pertama, ketidakpercayaan umat Israel justru membuat sejumlah besar orang dari bangsa-bangsa lain turut mengalami anugerah keselamatan Allah (11:11,25). Kedua, Allah tidak menyesali pilihan-Nya. Israel tetaplah kekasih pilihan-Nya (11:28-29). Ketiga, yang lebih menakjubkan, Allah terus bekerja menurut waktu dan cara-Nya, sehingga akhirnya Israel diselamatkan (11:25-27). Penyingkapan rahasia Allah ini mengejutkan karena melampaui jangkauan pengertian kita. Menurut Rasul Paulus, respons terbaik yang bisa kita lakukan hanyalah memuji Allah dengan penuh rasa heran dan takjub. O betapa tinggi, dalam, lebar, dan luasnya kasih Kristus! Betapa tak terselami hikmat dan kuasa Injil! (11:33-36).
Penegasan Rasul Paulus tentang peran bangsa Yahudi yang tetap penting dalam kelanjutan rencana keselamatan Allah terutama ditujukan kepada jemaat berlatar belakang non-Yahudi--yang jumlahnya mayoritas di jemaat Roma (11:20, 25)--agar mereka tidak sombong, merasa lebih baik daripada saudara-saudara mereka yang minoritas yang berlatar belakang Yahudi. Kenyataan bahwa Yesus Sang Mesias adalah orang Yahudi serta Rasul Paulus juga orang Yahudi yang menjadi rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi menegaskan betapa konsistennya rencana keselamatan Allah sejak awal, yakni bahwa keselamatan itu datang dari bangsa Yahudi (Yohanes 4:22).
Sebagai orang Kristen dari bangsa non-Yahudi, dukunglah kelanjutan rencana Allah bagi penyelamatan segala bangsa dengan memberitakan Injil kepada sesama kita, termasuk kepada orang Yahudi, umat perjanjian Allah yang mula-mula. Apakah Anda telah meniru Rasul Paulus yang sungguh-sungguh berdoa agar bangsa Israel diselamatkan, termasuk lewat kesaksian perkataan dan perbuatan Anda?