Senin, 12 Januari 2015
Bacaan Alkitab hari ini: Amsal 11
Ada sebuah prinsip ekonomi yang sudah dikenal secara umum, yaitu mengusahakan pengeluaran yang sekecil-kecilnya untuk bisa mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Bila prinsip ini diterapkan dengan ketat, pasti ada yang menjadi korban atau dikorbankan.
Penulis Amsal membicarakan satu sisi dari ekonomi, yaitu berdagang. Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat (11:1). Artinya, berdagang itu harus jujur. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam dunia ini dilihat dan dikontrol oleh Tuhan. Berdagang atau berniaga dihubungkan dengan hukum Allah. Jadi, di dalam ayat ini, Allah menuntut kejujuran dalam perdagangan. Rupanya penipuan dalam berjual beli sudah mulai ada sejak adanya pasar. Bagi umat Israel, sudah ada undang-undang yang ditetapkan mengenai perdagangan (Imamat 19:35-36). Nabi Amos—dalam Amos 8:5—menegur para pedagang Samaria yang mengecilkan efa (ukuran isi) dan membesarkan syikal (harga yang harus dibayar oleh pembeli). Batu timbangan yang dimiliki oleh setiap pedagang harus sesuai dengan standar umum. Akan tetapi, realitasnya, banyak pedagang yang mempunyai beberapa batu timbangan yang berukuran sama, tapi beratnya berbeda.
Prinsip ekonomi dunia berbeda dengan prinsip kebenaran Tuhan. Berdagang memang harus untung, tetapi ada aturan yang ditetapkan umum yang juga disebut dalam firman Tuhan. Niat untuk mengorbankan orang lain dan mempraktikkan ekonomi yang tidak jujur merupakan suatu penipuan yang dibenci Tuhan. [LM]
Amsal 11:1
“Neraca serong adalah kekejian bagi TUHAN,
tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.”