Menolong orang yang sudah menipu kita sehingga kita terlihat bodoh merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan, tetapi inilah yang dikisahkan dalam bacaan Alkitab hari ini. Walaupun bangsa Israel telah berulang kali berlaku tidak setia kepada Allah, Allah tetap setia kepada umat-Nya. Hal ini menyerupai sikap umat Israel terhadap orang-orang Gibeon yang pernah menipu mereka (Yosua 9), sehingga mereka terikat dalam perjanjian dengan orang-orang Gibeon yang tinggal di daerah yang termasuk target untuk direbut oleh bangsa Israel. Sekalipun demikian, saat orang-orang Gibeon memohon perlindungan, bangsa Israel tetap setia terhadap ikatan perjanjian yang telah terjalin, dan tetap bersedia berperang untuk menyelamatkan orang-orang Gibeon, sekaligus merebut Tanah Perjanjian. Bagi bangsa Israel, ikatan perjanjian itu bukan sekadar perjanjian antara dua bangsa, melainkan perjanjian atas nama Allah (9:18-19), sehingga mereka tidak memperhitungkan penipuan yang pernah dilakukan oleh orang-orang Gibeon. Penipuan hanya dipandang sebagai masa lalu.
Dalam kondisi seperti di atas, Allah berjanji untuk memberi kemenangan kepada bangsa Israel (10:8), bahkan Allah ikut berperang secara langsung dengan mengirimkan hujan batu. Perhatikan bahwa jumlah korban tewas akibat hujan batu itu lebih banyak daripada korban tewas karena pedang pasukan bangsa Israel (10:10-11). Yang amat mengesankan, Allah mengabulkan permintaan Yosua agar matahari dan bulan berhenti bergerak, sehingga pasukan Israel bisa memenangkan peperangan tersebut hari itu juga (10:12-13).
Saat menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sebenarnya kita memasuki ikatan perjanjian dengan Tuhan Yesus. Dia adalah tuan atas diri kita dan kita adalah hamba-Nya. Oleh karena itu, tuntutan mengasihi musuh dan berbuat baik kepada mereka--sebagai ciri identitas anak-anak Allah--harus kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari (Lukas 6:27,35). Bila kita mengharapkan berkat yang disediakan bagi anak-anak Allah, tetapi kita tidak memperlihatkan ciri identitas yang seharusnya tertampil dalam kehidupan anak-anak Allah, bukankah kita telah menipu Allah? Sebaliknya, bila Anda pernah tertipu oleh seseorang, apakah Anda bersedia menunjukkan kesetiaan kepada Allah dengan tetap mengasihi orang yang pernah menipu Anda itu? Berlaku setia dan mengasihi sesama, bahkan berani berkorban, seharusnya merupakan ciri identitas anggota umat Allah. Apakah ada orang yang sulit untuk Anda kasihi? Mintalah Allah menolong diri Anda agar Anda sanggup melaksanakan kehendak-Nya dalam hidup Anda!