Selisih pendapat tentang ibadah bukan hanya bisa terjadi antar gereja, tetapi juga antar generasi dalam satu gereja. Selisih pendapat menyangkut ibadah juga terjadi dalam bacaan Alkitab hari ini.
Setelah suku Ruben, suku Gad, dan setengah suku Manasye selesai menjalankan tugas membantu saudara-saudara mereka merebut tanah Kanaan di sebelah barat Sungai Yordan, mereka kembali ke milik pusaka mereka yang terdapat di sebelah timur sungai Yordan. Dengan niat yang baik, mereka mendirikan mezbah di Gelilot (22:9-11,24-27). Namun, umat Israel yang di sebelah barat Sungai Yordan salah paham, sehingga mereka menyiapkan diri untuk memerangi saudara-saudara mereka yang berada di sebelah timur Sungai Yordan (22:12). Umat di sebelah barat Sungai Yordan memiliki niat yang baik, yaitu mencegah agar umat Israel di sebelah timur Sungai Yordan tidak memberontak kepada Allah (22:16). Syukurlah bahwa umat Israel di sebelah barat Sungai Yordan itu itu tidak langsung menyerang, tetapi mereka mengutus Imam Pinehas dan perwakilan suku-suku Israel di sebelah barat Sungai Yordan untuk menemui para pemimpin di sebelah Timur sungai Yordan. Setelah mendapat penjelasan, barulah umat Israel di sebelah barat Sungai Yordan itu sadar bahwa mereka telah salah paham. Klarifikasi terhadap kesalahpahaman mengokohkan kesadaran bahwa TUHAN ada di antara mereka (22:31).
Peristiwa di atas merupakan cermin yang mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menyikapi perbedaan cara beribadah yang terdapat di antara umat TUHAN. Cara beribadah umumnya menyangkut pemahaman teologis. Kita perlu memperdalam pemahaman kita sendiri tentang ibadah yang benar yang sesuai dengan firman Allah dan jangan terlalu cepat menghakimi cara beribadah yang berbeda dengan kebiasaan kita. Bila hendak menilai cara ibadah yang berbeda, motivasi kita haruslah karena kita mengasihi, sehingga kita mengharapkan pihak lain tidak beribadah dengan cara yang salah. Sadarilah bahwa cara beribadah sering menjadi sumber perselisihan di antara umat Allah karena kita tidak sungguh-sungguh berusaha memahami apa yang melandasi cara beribadah saudara kita yang berbeda dengan kebiasaan kita. Tentu saja, gereja harus memiliki tata cara ibadah dengan dasar teologis yang benar. Selain itu, hal yang lebih penting lagi adalah bahwa gereja harus menyadari kehadiran Allah dalam gereja. Tuhan Yesus mengingatkan kita agar beribadah dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:23-24). Apakah Anda meyakini bahwa Allah hadir dalam ibadah yang Anda ikuti? Apakah kesadaran akan kehadiran Allah dalam ibadah telah berpengaruh terhadap sikap Anda dalam beribadah?