TUHAN memilih Yosua menggantikan Musa memimpin umat Israel untuk merampas Tanah Perjanjian yang telah dijanjikan TUHAN. Puji Tuhan! Di bawah kepemimpinan Yosua, umat Israel bisa menikmati sebagian besar dari tanah yang telah TUHAN janjikan kepada mereka. Mereka menaklukkan penduduk setempat, lalu tinggal dan menjalani kehidupan sehari-hari di tanah yang telah dibagi-bagi oleh Yosua. Yosua bukan hanya menekankan pentingnya membangun kehidupan jasmani, tetapi juga kehidupan rohani di hadapan TUHAN. Yosua berkata, "Jadi, sekarang, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia." (Yosua 24:14a). Sebagai respons, orang Israel beribadah kepada TUHAN dengan setia (24:31).
Sayangnya, setelah Yosua meninggal (Hakim-hakim 1:1), umat Israel mulai menjauh dari TUHAN. Mereka melupakan TUHAN dan hidup menyembah para ilah bangsa-bangsa yang hidup di sekitar mereka. Akibatnya, TUHAN menghukum mereka dengan membiarkan bangsa lain memperbudak mereka. Penderitaan yang mereka alami akibat perbudakan membuat mereka berseru kepada TUHAN, dan TUHAN mendengar seruan mereka, serta membangkitkan para hakim yang membebaskan umat Israel dari perbudakan. Pola berikut ini terlihat dalam seluruh kitab hakim-hakim: Umat Israel melupakan TUHAN dan TUHAN menghukum mereka, lalu umat Israel berseru kepada TUHAN dan TUHAN membebaskan mereka dengan membangkitkan seorang hakim.
Perlu diingat bahwa kitab Hakim-hakim bukanlah sekadar kisah tentang para hakim yang dengan gagah perkasa membebaskan umat Israel dari perbudakan. Kitab hakim-hakim juga bukan sekadar kisah umat Israel yang tidak pernah kapok mengulang perbuatan dosa yang sama. Kitab Hakim-hakim adalah kisah tentang TUHAN yang panjang sabar, penuh kasih karunia, dan tetap mengasihi umat Israel, padahal hati TUHAN sering dilukai. Kitab Hakim-hakim memperlihatkan bahwa TUHAN terus memberi pengampunan dan pertolongan kepada umat Israel yang gampang jatuh dalam dosa. Hal yang sama juga berlaku untuk kita. Riwayat hidup kita dan tantangan yang kita hadapi pun seharusnya tidak berfokus pada keberhasilan dan kegagalan diri kita, tetapi pada kuasa dan karya Tuhan dalam hidup kita. Kesadaran tentang hal inilah yang perlu kita miliki saat kita membaca kitab Hakim-hakim. Sadarilah bahwa kitab Hakim-hakim adalah kisah tentang TUHAN dalam kehidupan umat Israel dan dalam kehidupan kita. [GI Roni Tan]
Yosua telah berhasil merebut sebagian besar wilayah yang TUHAN janjikan kepada umat Israel. Akan tetapi, wilayah Tanah Perjanjian yang TUHAN janjikan sangat luas, sehingga sampai saat kematiannya, masih ada wilayah yang belum ditaklukkan oleh Yosua. Pertanyaan orang Israel kepada Tuhan, "Siapa dari kami yang harus maju lebih dahulu memerangi orang Kanaan?" (1:1b) menunjukkan bahwa masih ada wilayah yang perlu ditaklukkan. TUHAN berkata bahwa suku Yehuda yang harus memimpin dalam peperangan. TUHAN berjanji bahwa Ia akan memberikan Tanah Perjanjian. Di bawah kepemimpinan Yosua, umat Israel telah menikmati sebagian Tanah Perjanjian, tetapi sebagian wilayah lagi belum ditaklukkan.
TUHAN menyertai umat Israel dalam peperangan selanjutnya, sehingga mereka pasti berhasil menaklukkan beberapa wilayah yang tersisa serta bisa memusnahkan suku yang selama ini tinggal di sana. Sayangnya, mereka tidak menaati apa yang diperintahkan TUHAN secara tuntas. TUHAN memerintahkan bahwa saat mereka berhasil menaklukkan musuh, mereka harus membunuh seluruh penduduk di wilayah itu serta menghancurkan patung ilah yang disembah oleh penduduk setempat. Sayangnya, umat Israel memiliki pemikiran sendiri yang mereka nilai lebih menguntungkan. Mereka berpikir bahwa bila penduduk setempat dibiarkan tetap hidup, mereka akan mendapat tenaga kerja gratis yang bekerja untuk mereka sebagai budak. Hampir semua suku Israel memiliki pemikiran seperti itu terhadap penduduk yang telah mereka taklukkan (1:27-33). Sikap tersebut merupakan benih yang menjadi "semak duri" yang suatu saat akan melukai dan membuat mereka dihukum TUHAN karena mereka jatuh pada penyembahan berhala. Hal inilah yang dibahas dalam pasal-pasal selanjutnya. Orang Israel telah memulai dengan baik karena disertai Tuhan, tetapi mereka tidak menyelesaikan tugas secara tuntas dan tepat seperti yang diperintahkan TUHAN.
Kisah umat Israel sering kali sama dengan pengalaman hidup kita. Kita harus melanjutkan pekerjaan Tuhan yang sebagian telah dikerjakan oleh orang-orang beriman sebelum kita. Kita memercayai bahwa seluruh janji penyertaan Tuhan akan tergenapi. Akan tetapi, sering kali keputusan kita--yang kita anggap tepat dan menguntungkan--tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita berkompromi dan tidak menaati Tuhan. Akibatnya, kita jatuh dalam dosa serta menghina nama Tuhan melalui keputusan tersebut. Apakah Anda pernah mengalami kegagalan dalam menaati Tuhan? Apakah Anda telah bertekad untuk selalu berusaha menaati Tuhan sampai akhir hidup Anda? [GI Benny Wijaya]