Malaikat TUHAN berfirman kepada umat Israel di Bokhim, "... Mengapa kamu berbuat demikian?" (2:1). Para ahli Alkitab saling berbeda pendapat tentang lokasi Bokhim, tetapi kemungkinan besar, Bokhim terletak di sebelah barat sungai Yordan. Malaikat TUHAN menampakkan diri karena bangsa Israel tidak menaati TUHAN dalam hal mereka mengikat perjanjian dengan penduduk asli negeri itu, Mezbah penyembahan kepada para ilah tidak mereka robohkan (2:2). Akibat ketidaktaatan itu, Tuhan tidak memusnahkan bangsa asing yang tersisa, dan membiarkan mereka menjadi musuh dan ilah mereka menjadi jerat yang membuat bangsa Israel menyimpang dengan menyembah ilah yang mereka sembah. Penghukuman Tuhan ini membuat tempat itu disebut Bokhim yang berarti "tempat para peratap". Di tempat itu, umat Israel meratapi penghukuman TUHAN yang menjadi konsekuensi dari ketidaktaatan mereka kepada TUHAN (2:4-5).
TUHAN menggunakan peristiwa ketidaktaatan umat Israel untuk mendidik mereka agar memahami tujuan TUHAN memilih mereka, membawa mereka keluar dari Mesir, dan memberikan Tanah Perjanjian (2:1). Meskipun umat Israel terkadang merasa tidak perlu setia dan menaati TUHAN sesuai dengan perjanjian antara TUHAN dengan nenek moyang bangsa Israel, TUHAN tetap setia pada perjanjian yang telah Ia buat dengan umat-Nya. Ketidaksetiaan umat Israel itu menyedihkan hati TUHAN. Sekalipun umat Israel tidak setia, TUHAN tetap mau menerima dan menolong mereka saat mereka berseru kepada-Nya. Oleh karena itu, mereka mempersembahkan kurban kepada TUHAN (2:5).
TUHAN tidak menolak untuk menerima kurban yang dipersembahkan. Hal ini menunjukkan bahwa TUHAN itu panjang sabar dan penuh pengampunan kepada umat-Nya.
"Mengapa kamu berbuat demikian?" bisa menjadi pertanyaan yang ditanyakan Tuhan kepada kita. Pertanyaan itu mengungkapkan isi hati Tuhan yang telah begitu mengasihi kita, memelihara hidup kita, dan menyelamatkan kita. Akan tetapi, mungkin, Tuhan yang sama juga telah kita sakiti hati-Nya dalam kehidupan sehari-hari kita. Perlu disadari bahwa kita yang telah diselamatkan Tuhan masih bisa jatuh ke dalam dosa. Akan tetapi, pernyataan itu tidak berarti bahwa kita boleh terus berkompromi dengan perbuatan dosa dan menyakiti hati Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan sangat mengasihi kita dan Dia menghendaki kita hidup dalam kasih-Nya. Oleh karena itu, diharapkan bahwa pertanyaan yang meminta pertanggungjawaban karena kesalahan yang telah kita lakukan tidak ada lagi. Apakah Anda sudah menjalani kehidupan yang memuliakan Dia?