Pribadi yang Berkenan di hati TUHAN
Apa yang terlintas dalam benak Anda saat Anda mendengar perkataan "berkenan di hati TUHAN"? Apakah Anda berpikir tentang keberhasilan dalam hidup dan pelayanan, pengaruh dalam lingkungan masyarakat, dan segala macam jerih lelah yang berdampak luas secara positif? Kitab 2 Samuel bukan sekadar berisi catatan keberhasilan Daud. Samuel berkata kepada Saul, "TUHAN akan mencari seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN menetapkannya sebagai pemimpin atas umat-Nya, ...." (1 Samuel 13:14). Pemimpin yang dimaksud adalah Daud. Mungkin, perkataan itu membuat kita berpikir bahwa kehidupan Daud pasti akan selalu berkenan di hati-Nya. Ternyata, kitab 2 Samuel juga berisi catatan tentang sisi gelap dan kejatuhan Daud sebagai seorang pemimpin. Jika demikian, apa ukuran untuk berkenan di hati TUHAN?
Sekalipun sudah ditetapkan sebagai Raja yang akan memimpin umat TUHAN (2 Samuel 5:1-5), telah membawa kembali Tabut TUHAN kembali ke Yerusalem (pasal 6), menaklukkan musuh-musuh umat Israel, dan menyelesaikan penaklukan atas Tanah Perjanjian yang telah dimulai pada masa Yosua (pasal 8-10), Daud tetaplah manusia biasa yang punya sisi gelap yang dapat membuatnya tersandung dan jatuh ke dalam dosa. Pasal 11-13 berisi catatan tentang nafsu kedagingan, perzinaan, serta pembunuhan yang dilakukan oleh Daud. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang dipandang hebat dan rohani pun—yang mengasihi TUHAN dan berusaha mengikuti TUHAN dengan sepenuh hati—tidak kebal terhadap godaan dan dosa. Dengan demikian, keberhasilan dan kesuksesan seseorang bukanlah ukuran perkenanan TUHAN atas diri kita.
Selama membaca dan merenungkan isi kitab ini, kita bukan hanya akan belajar tentang karakter Daud (kesetiaan, kesabaran, keberanian, kemurahan, komitmen, dan kejujuran Daud), tetapi kita juga akan belajar dari kejatuhannya ke dalam dosa, pertobatannya yang membawa pemulihan, serta relasinya dengan TUHAN, sekalipun ia masih harus menghadapi konsekuensi dari dosa yang dilakukannya. Kitab ini akan menolong kita untuk memahami bahwa menjadi pribadi yang berkenan di hati TUHAN bukanlah ditentukan oleh apa yang dapat kita lakukan bagi TUHAN, tetapi ditentukan oleh apa yang telah TUHAN lakukan bagi umat-Nya. Kitab 2 Samuel ini akan mendorong kita untuk terus mencari hadirat-Nya dan mendekat kepada-Nya sambil berjalan dalam ketaatan penuh kepada-Nya. [Pdt. Martin Kurniawan]
Berduka untuk Raja yang diurapi TUHAN
Kamis, 22 Agustus 2024
Bacaan Alkitab hari ini:
2 Samuel 1
Daud punya banyak alasan untuk tidak ikut berduka atas kematian Saul yang selama ini telah berulang-ulang berusaha untuk membunuhnya. Bisa dimengerti bila Daud merasa gembira karena kematian Saul akan memudahkan jalan baginya untuk menjadi raja atas Israel. Namun, bacaan Alkitab hari ini menunjukkan reaksi yang di luar dugaan. Daud dan semua orang yang bersama dengan dia meratap, menangis, dan berpuasa sampai matahari terbenam karena kematian Saul dan Yonatan, serta karena orang Israel yang gugur oleh pedang dalam peperangan (1:11-12). Bagi mereka, Saul bukan musuh, tetapi tetap raja yang diurapi TUHAN, dan Yonatan adalah saudara serta sahabat yang setia.
Apakah berduka menunjukkan kelemahan? Banyak orang berusaha tegar untuk menutupi perasaan mereka saat mereka berduka. Padahal, mengekspresikan rasa duka dapat menolong kita menghadapi tekanan yang disebabkan rasa sedih yang mendalam saat orang yang kita kasihi meninggal dunia. Bagaimana cara Daud mengekspresikan rasa dukanya? Ia bukan hanya meratap, menangis, dan berpuasa, tetapi ia juga berusaha mencari kebenaran fakta dari peristiwa duka yang disampaikan kepadanya (bandingkan dengan 1 Samuel 31:3,4). Daud menghukum si pembawa berita kematian Saul karena orang itu telah membunuh Saul, orang yang diurapi Tuhan (1:14-16). Berduka bukan tanda kelemahan, melainkan tanda kekuatan, yaitu bahwa seseorang menghargai arti kehidupan dan bisa bersimpati serta berempati terhadap kehilangan yang dialami orang yang dikasihi, sekalipun semasa hidupnya, orang yang meninggal itu sering menyakiti hati.
Daud mengekspresikan rasa dukanya dengan menggubah sebuah pujian ratapan sebagai penghormatan dan kenangan bagi Saul dan Yonatan. Pujian ratapan ini menggambarkan kehilangan yang besar, sekaligus pernyataan kasih Daud kepada Saul, sekalipun Saul sering berlaku jahat kepadanya. Daud tetap menunjukkan kasih yang tulus terhadap orang yang memusuhinya, yang saat itu telah mati.
Bagaimana cara Anda mengekspresikan rasa duka saat kehilangan orang yang Anda kasihi atau saat orang yang membenci Anda meninggal? Apakah Anda meniru Daud yang memilih untuk menjalani masa duka dengan mengingat kebaikan yang telah Saul lakukan dan tidak mengingat kejahatan yang telah Saul lakukan kepadanya? Apakah Anda pernah mengalami rasa duka yang menghasilkan pengalaman mengampuni serta menghasilkan pemulihan dan pengharapan bagi orang yang turut berduka di sekitar Anda?