Yoab tahu bahwa Daud merasa rindu terhadap Absalom. Oleh karena itu, ia menyuruh seorang perempuan bijak dari Tekoa untuk menjadi perantara guna menyampaikan pesan kepada Daud agar ia mengampuni dan mengizinkan Absalom kembali ke Yerusalem. Daud sadar bahwa Yoab yang merencanakan skenario itu (14:1-20). Saat itu, amarah Daud terhadap Absalom sudah surut (13:39), sehingga Absalom diizinkan kembali ke Yerusalem, tetapi Daud belum mau berjumpa dengan dia (14:24). Akhirnya, Absalom diizinkan menjumpai Daud. Absalom sujud menyembah dan Daud mencium Absalom sebagai tanda penerimaan (14:33). Tampaknya, perikop ini berakhir dengan happy ending untuk Daud dan Absalom. Namun, sebenarnya tidak demikian. Masalah di antara mereka belum selesai secara tuntas. Terkadang, kita juga terjebak pada pola yang sama. Masalah dibiarkan begitu saja, padahal masalah belum benar-benar selesai.
Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan dua hal penting: Pertama, orang tua perlu memperhatikan dan membimbing anak-anaknya. Perhatian dan bimbingan Orang tua akan membuat anak-anak menempuh jalan hidup yang baik. Mungkin, pujian rakyat atas ketampanannya (14:25) membuat Absalom menjadi sangat percaya diri dan menganggap dirinya boleh melakukan apa saja kapan pun ia menginginkannya, termasuk membakar ladang Yoab untuk mendapatkan perhatiannya (14:30). Hal ini dilakukan oleh Absalom karena Daud menolak untuk bertemu dengan dirinya setelah ia hampir dua tahun lamanya kembali ke Yerusalem (14:28). Kedua, setiap Orang tua perlu sepenuh hati mendisplin anak-anaknya. Daud tidak menghukum Amnon karena memperkosa Tamar, demikian juga ia tidak menghukum Absalom karena membunuh Amnon, bahkan Daud mencium Absalom sebagai tanda penerimaan kembali tanpa memberikan hukuman apa pun. Orang tua yang mengabaikan atau tidak segera menyelesaikan masalah dosa yang dilakukan anaknya akan menghadapi kesulitan yang jauh lebih besar di masa depan. Para orang tua tidak boleh takut atau ragu-ragu untuk menghukum anak-anaknya sesuai dengan petunjuk firman TUHAN.
Sebagai orang tua, apakah Anda sadar bahwa mendidik anak Anda untuk menaati firman Tuhan berarti membangun generasi masa depan yang penuh harapan? Berapa banyak waktu berkualitas yang Anda berikan untuk memperhatikan dan membimbing anak-anak Anda? Melalui pendisiplinan terhadap anak-anak kita, kita membimbing mereka untuk makin mengenal dan mengikuti TUHAN. Jika Anda adalah seorang anak, apakah Anda bersedia untuk dibentuk menjadi generasi yang berkualitas dan menghormati TUHAN?