Dalam perjalanan kembali ke Yerusalem, Daud disambut oleh tiga orang dalam waktu yang berbeda. Ziba—yang telah menipu tuannya, yaitu Mefiboset—-membantu menyeberangkan keluarga raja dan melakukan apa pun yang Daud inginkan (19:17). Kemudian, ada Simei—yang dalam pasal 16 mengutuki Daud—-yang memohon ampun atas kesalahannya (19:18b-20). Selanjutnya, ada Mefiboset yang menyampaikan bahwa Ziba telah menipu, bahkan menjelekkan dia di hadapan Daud (19:24-28). Tiga karakter berbeda berusaha mendapatkan perkenanan Daud. Masing-masing berusaha agar citra dirinya terlihat baik dalam pandangan Daud. Namun, sesungguhnya, pencitraan diri manusia dapat menipu dan bertolak belakang dengan kenyataan.
Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan dua hal kepada kita: Pertama, citra diri yang baik di hadapan manusia seharusnya merupakan ciri manusia baru yang alamiah di dalam Kristus, bukan suatu paksaan. Ziba mencitrakan dirinya sebagai seorang yang siap menolong dan membantu Daud, karena keuntungan yang telah ia peroleh sebelumnya dengan menjelekkan tuannya. Simei mencitrakan diri sebagai seorang yang menyesali kesalahannya kepada Daud dan menjadi keturunan Yusuf yang paling awal menyambut kembalinya Daud. Keduanya berusaha terlihat baik, padahal sebenarnya tidak. Sementara Mefiboset, sewaktu menyambut Daud, tidak membersihkan kakinya, tidak mencukur janggutnya, dan tidak mencuci pakaiannya, sampai Daud kembali dengan selamat. Sikap ini menunjukkan adanya penantian dan kesetiaan yang tulus, apa adanya. Setiap orang percaya seharusnya juga bersikap apa adanya tanpa maksud tersembunyi. Kedua, citra diri yang baik mencakup kesediaan melepas keinginan untuk menguntungkan diri sendiri. Jawaban Mefiboset kepada Daud ketika diperintahkan berbagi ladang dengan Ziba membuktikan bahwa keuntungan pribadi bukanlah motifnya dalam menjalin relasi dengan Daud. Ia rela berbagi karena kembalinya Daud dengan selamat lebih penting dari penguasaan ladang (19:30). Jelas bahwa Mefiboset berbeda dengan Ziba dan Simei yang mengatur pencitraan diri untuk kepentingan diri mereka sendiri.
Apakah Anda selalu berusaha untuk terlihat baik dalam pandangan orang lain? Apakah Anda menampilkan keadaan Anda yang sebenarnya di dalam Kristus karena Anda memiliki relasi yang intim dengan Dia atau penampilan Anda hanya sekadar tampilan luar yang berbeda dengan kenyataan? Apakah Anda bersedia melepaskan keegoisan Anda agar Anda memiliki citra diri yang murni dan berkenan kepada TUHAN? Citra diri yang seharusnya ditunjukkan kepada dunia adalah citra diri yang terbentuk karena Anda mengalami penebusan Kristus!