Pernikahan adalah institusi yang dibangun Allah untuk mencurahkan berkat dan sukacita kepada umat-Nya. Melalui pernikahan, Allah mengaruniakan hadiah kepada pasangan suami dan istri berupa kenikmatan seksual, hidup yang saling menopang, serta keturunan—anak dan cucu—yang melengkapi sukacita mereka. Pernikahan merupakan saat paling istimewa dalam hidup seseorang, sehingga pernikahan dirayakan dengan meriah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pernikahan raja merupakan saat yang sangat istimewa bagi rakyat karena pernikahan itu biasanya sangat menentukan kehidupan raja itu di masa depan. Jika ia menikahi wanita yang saleh, ia akan hidup dalam kesalehan. Jika ia menikahi wanita yang tidak saleh, ia terancam meninggalkan iman. Kasus yang sangat jelas adalah Raja Salomo yang menyembah berhala karena terpengaruh istri-istrinya.
Mazmur yang kita baca hari ini adalah mazmur yang dinyanyikan saat pernikahan raja. Meskipun dipersembahkan kepada raja, mazmur ini tidak hanya memuji-muji raja. Penulis memuji Allah sebagai sumber karunia dalam kehidupan raja di Israel dan Yehuda. Dengan kata lain, raja tidak bisa menjadi sedemikian agung dan semarak tanpa TUHAN. Ayat 3-8 berisi pujian kepada raja yang merupakan mempelai laki-laki. Di ayat 3, raja dipuji sebagai orang paling tampan dengan kemurahan di bibirnya. Pemazmur mengatakan, "Sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk selama-lamanya." Di ayat 7, pemazmur mengatakan bahwa takhta raja adalah kepunyaan Allah, untuk seterusnya dan selamanya. Jadi, takhta dan kuasa bukan milik raja, melainkan milik Allah. Seorang raja dipercaya untuk duduk di takhta sebagai perpanjangan tangan Allah bagi umat-Nya. Di ayat 8, pemazmur mengatakan bahwa Allah mengurapi raja dengan minyak sukacita melebihi teman-teman sejawatnya. Jelaslah bahwa raja memperoleh takhta, kuasa, dan semua yang baik dan mewah dari tangan Allah. Di ayat 3-8, yang dipuji oleh pemazmur adalah kebajikan raja. Fakta ini sangat penting dalam kaitan dengan kehidupan orang Israel dan Yehuda dalam perjanjian dengan Allah. Raja harus memiliki hidup yang saleh untuk melahirkan sifat-sifat bajik di dalam dirinya, sehingga rakyat yang mengikut raja, juga hidup dalam kesalehan dan kebajikan. Beberapa kebajikan yang disebut oleh pemazmur di ayat 3-8 adalah kemurahan, kebenaran, perikemanusiaan, dan keadilan. Sifat-sifat ini membuat seorang raja menjadi mulia di mata Allah dan manusia.
Apakah Anda menyadari bahwa Allah adalah Sumber karunia? Apakah Anda menyadari bahwa hal-hal yang baik datang dari Allah? Apakah Anda sudah hidup dalam kesalehan dan kebajikan?