Mazmur 127:1 berkata, "Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah jerih payah orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Ayat ini dengan tepat menjelaskan keadaan Sion dan Yerusalem. Yerusalem—sebagai pusat ibadah orang Israel—adalah tempat yang dijaga Allah, sehingga Yerusalem menjadi kokoh dan permai. Tidak ada yang dapat menaklukkan Yerusalem karena Allah adalah Benteng Perlindungannya (48:4). Meskipun raja-raja berkumpul untuk maju bersama-sama, mereka tercengang, terkejut, dan lari kebingungan. Kegentaran menimpa mereka, dan mereka kesakitan seperti perempuan yang hendak melahirkan (48:6-7). Tidak diketahui dengan pasti konteks historis mazmur ini. Ada yang berpendapat bahwa konteks historis mazmur ini adalah saat Sanherib menyerang Yerusalem. Namun, bisa saja ayat-ayat di atas membicarakan siapa saja yang berupaya menyerang Yerusalem, namun gagal. Kebesaran TUHAN sebagai Pelindung Sion dan Yerusalem terbukti (48:1). Tidak ada yang dapat mengalahkan Dia. Mazmur 48 dimulai dan ditutup dengan pujian kepada Allah (48:2,15). Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah adalah Satu-Satunya Pelindung Sion. Kesejahteraan Sion berasal dari Allah.
Perlindungan Allah atas Yerusalem adalah karena kasih setia-Nya kepada umat perjanjian-Nya (48:10). Allah yang setia pada perjanjian-Nya adalah Allah yang masyhur dan penuh keadilan (48:11). Sion yang kokoh adalah bukti bahwa Allah menjaga umat-Nya dan tidak pernah meninggalkan mereka. Permasalahannya adalah, umat Tuhanlah yang berulang kali meninggalkan Dia dan tidak taat kepada-Nya. Mungkin, karena menganggap Yerusalem sebagai kota kudus yang tidak akan pernah jatuh ke tangan musuh, mereka tidak takut melangkahi perjanjian. Mereka tidak mau bertobat meskipun Allah telah berulang kali mengingatkan mereka melalui nabi-nabi yang Ia utus kepada mereka. Akhirnya, Yerusalem diizinkan jatuh ke tangan tentara Babel dan umat Yehuda dibuang ke Babel setelah sebelumnya, umat Israel jatuh ke tangan Asyur. Allah yang kudus tidak dapat dipermainkan!
Kemurahan Allah dan kebaikan-Nya bukan sesuatu yang dapat kita abaikan begitu saja. Allah mengasihi kita, namun Ia tidak mau kita terus-menerus hidup di dalam dosa. Allah menjaga dan melindungi kita, namun Ia mau kita hidup kudus dan menjadi berkat bagi orang lain. Kita tidak dapat memanfaatkan kemurahan Allah untuk terus hidup di dalam dosa. Kemurahan Allah seharusnya membuat kita bertobat, berubah, dan hidup lebih mengasihi Dia. Bagaimana dengan hidup Anda? Sudahkah Anda menghargai kemurahan dan kebaikan Allah?