Hal yang kerap kali membuat seseorang tidak berharap pada Allah dalam hidupnya adalah keterpesonaan terhadap kekuatan dan kehebatan manusia. Orang dengan kekayaan melimpah atau kedudukan tinggi akan tergoda untuk bergantung pada kekayaan dan kedudukan yang ia miliki, sedangkan orang yang tidak memiliki kekayaan atau kedudukan dapat mudah tergoda untuk bergantung pada orang yang ia anggap lebih kaya dan lebih hebat. Orang yang bergantung kepada diri sendiri atau kepada sesuatu atau kepada seseorang akan mudah melupakan Allah dan tidak hidup dalam takut akan Dia.
Bacaan Alkitab hari ini mencatat tentang seorang Edom bernama Doeg yang melapor kepada Saul bahwa Daud sedang berada di rumah Ahimelekh di Nob (lihat 1 Samuel 22:9-10). Dalam 1 Samuel 22:18-19, dicatat bahwa Doeg membunuh 85 imam di Nob serta penduduk Nob, baik laki-laki, perempuan, kanak-kanak, maupun bayi yang masih menyusu. Ia juga membunuh lembu, keledai, dan domba. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Doeg disebut sebagai seorang pejuang (52:3). Tampaknya, sebutan "pejuang" adalah sindiran untuk Doeg. Ia bukan pejuang sejati karena ia membunuh para imam yang tidak ikut berperang dan tidak membela diri. Meskipun Doeg tampak kuat, ia tidak berarti dibandingkan Allah yang penuh dengan kasih setia (52:3). Kasih setia Allah kepada orang percaya adalah sumber pengharapan kita saat kita menghadapi kesulitan hidup, termasuk saat kita menghadapi orang jahat. Meskipun orang jahat tampak sukses saat melakukan kejahatan dan tipu dayanya, Allah akan merobohkan orang itu (52:7). Ia tidak dapat bertahan di hadapan Allah yang baik kepada orang-orang yang dikasihi-Nya (52:11). Inilah sumber pengharapan orang percaya yang kedua, yaitu bahwa Allah baik kepada orang-orang yang dikasihi-Nya. Orang yang tidak menjadikan Allah sebagai tempat perlindungannya, yang hanya bersandar pada kekayaan yang melimpah dan tindakan penghancurannya, tidak akan bertahan dalam kejahatannya (52:9). Sebaliknya, orang yang senantiasa percaya akan kasih setia Allah dan berharap kepada-Nya akan seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam Rumah Allah (52:10).
Sebagai orang percaya, jangan sampai kesulitan, masalah, atau orang-orang tertentu mengaburkan pengharapan kita kepada Allah. Hanya Allah yang patut kita andalkan dalam hidup ini. Sehebat-hebatnya manusia, kita adalah ciptaan yang fana. Sebaik-baiknya manusia, tidak ada yang sebaik Allah yang telah membuktikan kasih-Nya dengan mengutus Anak-Nya yang berkorban untuk memberikan keselamatan kepada kita. Apakah Anda berharap pada kasih setia Allah?