Bagaimana umumnya respons orang yang menghadapi kesulitan, ancaman, atau bahaya? Respons yang umum adalah merasa takut dan bingung serta tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Jarang ada orang yang dapat bersikap tenang, apa lagi memuji dan memuliakan Allah dalam situasi genting. Namun, respons memuji dan memuliakan Allah itu bukan tidak mungkin. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Daud memuji Allah saat berada dalam situasi genting. Mazmur ini ditulis saat Daud melarikan diri dari Saul dan bersembunyi di gua. Gua itu adalah gua Adulam yang terkenal (1 Samuel 22:1). Saat itu, Daud belum didampingi oleh saudara-saudara dan seluruh keluarganya. Ia sendirian menghadapi ancaman Saul yang menakutkan. Ia menggambarkan Saul sebagai singa yang suka menerkam anak-anak manusia dengan tombak, panah, dan pedang (57:5). Orang-orang yang bersama Saul mencoba memasang jaring untuk menangkap dia (57:7). Daud tidak takut terhadap ancaman Saul karena ia berlindung di bawah sayap perlindungan Allah (57:2). Ia berseru kepada Allah memohon perlindungan dan penyelamatan (57:3-4). Meskipun Daud tidak melihat sayap yang dibentangkan dan tangan yang menolong dia, dia percaya sepenuh hati kepada Allah, inilah yang membuat ia tidak takut, tetapi ia bersyukur dan memuji-muji Allah (57:6, 8-12).
Hampir separuh dari Mazmur 57 ini berisi pujian Daud kepada Allah. Tampak jelas bahwa Daud tidak memusingkan Saul dan ancaman kematian yang membayangi dirinya. Daud tahu bahwa hanya Allah yang berdaulat dan berkuasa atas langit dan bumi. Kalimat pujian Daud, "Biarlah Engkau ditinggikan mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!" (57:6,12) menunjukkan keyakinan bahwa Allah itu lebih berkuasa dari apa pun yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat dilakukan manusia tanpa izin Allah. Bila Allah mengizinkan, Daud menerima apa pun yang diizinkan Allah terjadi atas dirinya, karena Allah dan rencana-Nya itu mulia adanya. Bila Allah mau menyerahkan nyawa Daud kepada Saul, ia tidak akan dapat melindungi nyawanya. Bila Allah tidak menyerahkan nyawa Daud, tidak ada manusia yang dapat mengambilnya.
Hidup yang memuliakan Allah berarti bahwa Allah bukan hanya dimuliakan saat hidup kita lancar dan sesuai harapan, tetapi juga saat kita kecewa dan tidak mendapatkan apa yang kita harapkan. Waktu kita sakit, gagal, atau dirugikan, apakah kita tetap memuliakan Allah dengan tetap memuji-muji Dia dan mengatakan bahwa Allah itu baik? Atau sebaliknya, penyakit, kegagalan, atau kerugian membuat kita menjadi kecewa, marah, serta menyalahkan Allah dan orang lain?