Bila ada orang yang berupaya menghancurkan diri Anda, bagaimana Anda merespons? Saat menghadapi serbuan musuh dan rancangan orang-orang yang berniat menjatuhkan dia dari kedudukannya yang tinggi, Daud meminta agar jiwanya berdiam diri. Orang-orang di sekitar Daud berdusta kepadanya. Di depan Daud mereka memberkati, tetapi di dalam hati mereka mengutuki Daud (62:4-6). Sebenarnya, Daud—yang mengetahui kejahatan dan kelicikan mereka—dapat menghancurkan mereka dengan mudah. Bukankah dia berada di posisi yang tinggi? Bukankah dia adalah raja? Dia dapat memerintahkan orang-orang tertentu untuk menghabisi orang-orang yang berniat buruk terhadap dia dan merebut takhtanya. Yang menarik, Daud tidak melakukan hal itu. Ia malah meminta jiwanya untuk berdiam diri. Diam sering kali dimaknai sebagai kekalahan dalam suatu konflik atau pertikaian. Orang yang diam akan semakin dirundung atau semakin dianiaya. Orang yang diam sering kali dianggap kalah oleh pihak lawan.
Ketika Daud meminta agar jiwanya berdiam diri, apakah berarti bahwa ia kalah? Perhatikan bahwa berdiam diri yang dimaksud adalah berdiam diri di hadapan Allah (62:6). Berdiam diri di hadapan Allah bukan berarti menjadi lemah atau kalah, tetapi justru menunjukkan kekuatan dan kesabaran untuk tidak terpancing melakukan kejahatan yang sama dengan musuh-musuhnya. Sebaliknya, Daud meminta Allah yang menghakimi dengan adil. Orang yang berdiam diri di hadapan Allah dan meminta Allah menolong dan membela adalah orang yang tidak mengandalkan kekuatan diri atau menyombongkan diri. Ia merendahkan diri di hadapan Allah yang kuat dan perkasa, Allah adalah gunung batu dan kota bentengnya, Allah adalah keselamatan dan kemuliaannya (62:7-8).
Karena hatinya percaya penuh kepada Allah, ia tidak takut pada ancaman musuh. Ia tetap tenang dan tidak goyah (62:2-3). Ia tidak disulut emosi untuk membalas kejahatan orang lain, tetapi dengan tenang ia berdiam diri. Mengapa Daud dapat tetap percaya di tengah situasi yang tidak baik? Keyakinan Daud tidak goyah karena ia berpegang pada firman Tuhan (62:12-13). Ia tahu bahwa orang yang berbuat jahat (hina) seperti angin. Manusia tidak dapat bergantung pada harta (62:10-11). Daud memiliki keyakinan iman yang kuat. Walaupun ia sebenarnya bisa bergantung pada kekuatan militer atau pada hartanya, ia memilih untuk bergantung pada Allah dan berdiam diri di hadapan-Nya. Bagaimana dengan Anda: Saat menghadapi orang-orang yang merancang hal-hal yang jahat kepada Anda, bagaimana sikap Anda? Apakah Anda berusaha membalas atau Anda berdiam diri di hadapan Allah?