Sadarkah Anda bahwa berkat yang Anda terima adalah ungkapan kemurahan dan belas kasihan Allah kepada diri Anda? Pemazmur memulai mazmur ini dengan meminta belas kasihan dan berkat Allah bagi umat-Nya (67:2). Perkataan pemazmur mengingatkan kita pada berkat yang disampaikan Allah melalui imam Harun dalam Bilangan 6:24-26. Allah berjanji untuk memberkati umat-Nya, namun janji itu tidak membuat berkat Allah menjadi sesuatu yang "pantas" diterima umat-Nya. Berkat Allah mengungkapkan anugerah dan kemurahan Allah bagi umat-Nya. Hal ini akan kita pahami bila kita menyadari keberdosaan kita. Pemazmur bukan hanya mengharapkan berkat Allah bagi hidupnya, tetapi ia juga menginginkan agar berkat Allah dialami oleh bangsa-bangsa lain (67:3-6). Ia ingin agar semua suku dan bangsa turut bersyukur kepada Allah, turut bersukacita, bersorak-sorai dan memuji Allah yang terlebih dahulu menyatakan diri kepada orang Israel. Sikap hati seperti ini benar dan patut dicontoh oleh semua orang percaya. Berkat Allah yang kita terima seharusnya mendorong kita untuk membagikan berkat tersebut kepada orang lain. Kita yang telah menerima berkat Allah harus menjadi saluran berkat bagi orang lain. Kita bersaksi tentang kemurahan Allah dengan memberi bagi pekerjaan Allah, menolong orang lain, berbagi dengan orang yang membutuhkan, sehingga kemurahan Allah menjadi nyata bagi orang lain.
Dalam mazmur ini, penulis mencatat bahwa Allah memberi hasil melalui tanah (67:7). Berkat yang Allah berikan melalui hasil panen membuktikan bahwa Allah adalah Sumber Kehidupan. Ialah yang memberikan hasil lewat tanah yang ditanami. Hal ini tentunya berbeda dengan kepercayaan bangsa-bangsa yang tinggal di sekitar orang Israel. Mereka percaya bahwa panen berhasil karena dewa dan dewi sembahan mereka. Melalui ucapan syukur yang dinaikkan kepada Allah, orang Israel bersaksi tentang Allah kepada bangsa-bangsa lain. Ketika bangsa-bangsa lain melihat bagaimana Allah memberkati orang Israel dengan hasil panen yang melimpah, bangsa-bangsa lain akan didorong untuk memercayai Allah, Pencipta dan Pemelihara alam semesta, bukan memercayai dewa-dewi yang mereka sembah.
Di zaman yang semakin individualis ini, orang Kristen harusnya menjadi terang dan garam bagi dunia. Di zaman yang makin individualis ini, bila perbedaan antara kehidupan kita dengan orang-orang di sekitar kita tampak jelas, kesaksian orang percaya akan makin efektif karena orang akan bertanya, "Mengapa ada orang yang mau mengasihi—termasuk berbagi—secara tulus?" Pertanyaan seperti itu akan membawa orang untuk datang kepada Tuhan.