Anugerah Allah adalah landasan bagi hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama. Dalam hampir semua agama, hubungan dengan Allah dan dengan sesama didasarkan pada hubungan timbal balik. Praktik beragama dan perbuatan baik dipandang sebagai ongkos yang harus dibayar agar Allah berkenan kepada seseorang. Relasi timbal balik dengan Allah ini juga diberlakukan bagi hubungan dengan sesama. Sesama manusia dibatasi pada orang yang bisa memberikan keuntungan, baik keuntungan materi maupun non-materi. Kekristenan didasarkan pada anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Kita diselamatkan karena anugerah Allah, bukan karena kita layak atau memenuhi syarat untuk diselamatkan. Kita diselamatkan karena Kristus sudah mati menebus dosa kita, ketika kita masih dalam keadaan berdosa (Roma 5:8).
Karena relasi kita dengan Allah didasarkan pada anugerah Allah, relasi kita dengan sesama juga harus didasarkan pada anugerah Allah, bukan pada hubungan timbal balik mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Hubungan berlandaskan anugerah inilah yang membuat kekristenan itu unik, sama sekali berbeda dengan yang lain. Kekristenan itu unik karena kekristenan bukan hanya memperkenalkan tentang Allah yang suci dan adil, sehingga Ia menghukum dosa; tetapi juga memperkenalkan bahwa Allah itu penuh kasih, sehingga Ia menyediakan pengampunan dosa di dalam Kristus. Komunitas Kristen—termasuk keluarga Kristen dan gereja—akan menjadi unik bila pemahaman tentang tuntutan kesucian dan keadilan Allah diimbangi dengan pemahaman tentang anugerah Allah berupa pengampunan dosa di dalam Kristus. Akan tetapi, perlu diingat bahwa pemahaman tentang anugerah Allah itu tidak boleh membuat kita mengabaikan tuntutan kesucian dan keadilan Allah. Bila kita benar-benar memahami anugerah Allah yang telah kita terima, anugerah Allah itu seharusnya memperbarui cara pikir kita, sehingga kita termotivasi untuk melakukan apa yang baik dan benar berdasarkan standar kesucian dan kebaikan Allah.
Saat memikirkan reformasi yang perlu kita kerjakan dalam hidup kita dan gereja kita, kita tidak boleh terpaku pada kegagalan dan kesalahan pada masa lampau, melainkan kita harus menatap masa depan yang ingin kita raih dengan mengingat anugerah Allah yang telah kita terima. Penyesalan kita akan masa lampau harus diimbangi dengan rasa syukur atas anugerah Allah yang telah kita terima, sehingga reformasi tidak menjadi sumber tekanan, melainkan sumber pengharapan. Apakah Anda sudah memikirkan tentang reformasi apa yang perlu dilakukan dalam kehidupan Anda dan gereja Anda? Pikirkanlah hal itu sambil mengingat anugerah Allah yang telah Anda terima!