Dukacita menghasilkan pertobatan. Ada kalanya, kita berselisih dengan orang yang kita kenal dekat dan yang kita kasihi. Hubungan Rasul Paulus dengan para anggota jemaat di Korintus sempat mengalami ketegangan karena ada oknum yang mengacaukan hubungan mereka dengan mempertanyakan kredibilitas kerasulan Rasul Paulus. Namun, "dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata", Rasul Paulus menulis surat kepada mereka—yang dikirimkan melalui Titus—agar mereka mengetahui betapa besarnya kasih Rasul Paulus terhadap mereka (2:4). Kita tidak tahu isi surat tersebut (surat ketiga) karena surat itu sudah hilang. Untuk mengetahui latar belakang bacaan hari ini, kita dapat membaca kembali 2:13 (bandingkan dengan 7:5). Rasul Paulus berangkat ke Makedonia karena tidak menemukan Titus di Troas. Rasul Paulus ingin sekali mendengar kabar dari Titus tentang keadaan jemaat Korintus. Sungguh, kabar sukacita yang disampaikan oleh Titus kepada Rasul Paulus setelah mereka bertemu, yaitu bahwa jemaat di Korintus telah bertobat dan memiliki kesungguhan untuk membela Rasul Paulus.
Rasul Paulus memang membuat hati para anggota jemaat di Korintus sedih dengan surat ketiga yang sudah hilang tersebut. Rasul Paulus ingin memperbaiki hubungan dengan mereka sekalipun surat tersebut menyedihkan hati mereka. Akan tetapi, dukacita itu, yaitu dukacita menurut kehendak Allah, menghasilkan pertobatan. Dukacita menurut kehendak Allah telah mengerjakan di dalam diri mereka "kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, semangat, penghukuman!" (7:11) Kita tidak tahu apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada mereka. Namun, Rasul Paulus menuliskan bahwa dia selalu "mengatakan apa yang benar" kepada mereka (7:14b), meyakinkan mereka bahwa di dalam hatinya ada tempat yang luas bagi mereka (6:11-12; 7:3), memercayai mereka (7:16), dan memegahkan mereka (7:4a, 14a). Kita dapat belajar dari bagaimana Rasul Paulus memperbaiki hubungan yang sulit dengan jemaat Korintus. Kredibilitas kita sebagai utusan Kristus dalam menyampaikan "berita pendamaian" tergantung dari apakah kita selalu berupaya memulihkan hubungan kita dengan orang-orang yang kita layani. Rasul Paulus adalah teladan dalam hal menjalin hubungan.
Bagaimana dengan Anda? Apakah saat ini, Anda memiliki hubungan yang sulit dengan mereka yang Anda kasihi karena ada oknum yang merusak relasi Anda dengan mereka? Belajarlah dari teladan Rasul Paulus!