Bagaimana perasaan Anda bila Anda disebut sebagai pengecut, yaitu seorang yang hanya berani bersikap keras saat berjauhan, tetapi lunak saat berhadapan muka dengan muka? Kemungkinan, kita akan langsung mengecam tuduhan itu. Teladanilah Rasul Paulus dalam menghadapi tuduhan seperti itu. Para penentang Rasul Paulus menuduh bahwa ia bersikap "lunak" saat berhadapan dengan orang yang mempertanyakan kredibilitas kerasulannya dalam kunjungannya yang kedua ke kota Korintus, tetapi menuduhnya bersikap "keras" dalam suratnya. Itulah kenyataan yang juga diakui oleh Rasul Paulus (2 Kor. 2:3-10; 7:8,12).
Saat dituduh sebagai pengecut, Rasul Paulus merespons dengan meneladani Kristus Yesus yang lemah lembut dan ramah. Hal ini berarti bahwa peringatan (10:1) dan permintaan (10:2) Rasul Paulus yang meneladani kelemahlembutan dan keramahan Kristus tidak berarti bahwa Rasul Paulus takut menghadapi oknum pengacau itu. Kelemahlembutan dan keramahan Kristus Yesus tampak dalam kesabaran Rasul Paulus untuk menahan diri dalam memberi hukuman kepada para penentangnya. Seperti Kristus Yesus yang lemah lembut dan ramah, Rasul Paulus juga tetap memberi kesempatan kepada orang-orang Korintus untuk bertobat (bandingkan dengan 2 Petrus 3:8-10; 2 Korintus 1:23-2:4).
Sikap meneladani Kristus Yesus yang lemah-lembut dalam menghadapi tuduhan menunjukkan bahwa pelayanan Rasul Paulus merupakan penggenapan nubuat Nabi Yeremia tentang Perjanjian Baru (2 Korintus 3:6; Yeremia 31:31). Tujuan pengaruniaan kuasa dari Tuhan kepada Rasul Paulus adalah untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan umat-Nya (2 Korintus 10:8). Ungkapan "membangun" jemaat sering digunakan Rasul Paulus untuk menjelaskan tujuan pelayanan Perjanjian Baru (Roma 14:19; 1 Korintus 3:9-14, 14:3-5; 1 Tesalonika 5:11). Karena Rasul Paulus adalah rasul dari Perjanjian Baru, maka tujuan utamanya adalah membangun jemaat—yaitu agar para anggota jemaat Korintus bertobat—dengan cara meruntuhkan terlebih dahulu setiap benteng pemikiran yang menentang pengenalan akan Allah dan kemudian menaklukkannya kepada Kristus (2 Korintus 10:4-5). Namun, penghukuman tetap berlaku bagi mereka yang tidak bertobat. Kesungguhan Rasul Paulus akan hal ini sekali lagi dituliskan di akhir surat ini, yaitu bahwa "aku menulis kepada kamu ketika aku berjauhan dengan kamu, supaya bila aku berada di tengah-tengah kamu, aku tidak terpaksa bertindak keras menurut kuasa yang dianugerahkan Tuhan kepadaku untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan" (2 Korintus 13:10). Bagaimana cara Anda merespons ketika Anda berhadapan dengan orang-orang yang menentang Anda?