Apakah Anda dapat bermegah—atau bangga—saat Anda lemah atau mengalami penderitaan? Sangat sulit bagi kita untuk bermegah dan mengakui bahwa kita lemah dan menderita. Namun, Rasul Paulus memiliki keyakinan yang sangat berbeda dengan para "rasul palsu" yang "tak ada taranya." Ia menuliskan kepada para anggota jemaat Korintus, "Jika aku harus bermegah, aku akan bermegah atas kelemahanku" (11:30). Sebagai rasul dan pelayan Kristus, Rasul Paulus berkata bahwa dia lebih daripada yang lain dalam hal penderitaan dan kelemahan. Dalam daftar di 11:23-27, kita membaca bahwa Rasul Paulus mengalami penderitaan yang beragam dan berat. Walaupun demikian, ia tetap mengungkapkan kepedulian dengan memperhatikan semua anggota jemaat dan turut merasakan apa yang mereka alami (11:28-29).
Untuk menarik hati para anggota jemaat Korintus yang sudah mulai diperdaya oleh para rasul palsu tersebut dan untuk membawa para anggota jemaat Korintus kembali kepada Kristus Yesus, Rasul Paulus secara ironis memosisikan dirinya sebagai orang bodoh dan lemah, dan menyebut para anggota jemaat Korintus sebagai orang bijaksana dan sabar. Secara identitas dan asal-usul, Rasul Paulus dan para rasul palsu memiliki kesamaan, yaitu sama-sama orang Ibrani, umat Israel, dan keturunan Abraham. Namun, Rasul Paulus mengatakan bahwa dia sama sekali berbeda dan bahkan terlalu lemah bertindak bila dibandingkan para rasul palsu tersebut. Mereka menganggap diri mereka di atas yang lain sehingga mereka dapat memperhamba, menghisap (TB2: "memangsa"), menguasai, berlaku angkuh, dan bahkan menampar anggota jemaat Korintus (11:20). Sebaliknya, Rasul Paulus memaparkan kelemahan dan penderitaannya sebagai pelayan Kristus.
Di bagian akhir bacaan Alkitab hari ini (11:32), Rasul Paulus memberi kesaksian bahwa dia—di awal pertobatannya—telah mengalami penderitaan dan menunjukkan kelemahan. Rasul Paulus menuliskan suatu peristiwa tentang rencana penangkapannya—sebenarnya lebih tepat bila disebut rencana pembunuhan (Kisah Para Rasul 9:23)—di kota Damsyik. Dia terluput karena berhasil melarikan diri melalui sebuah keranjang yang diturunkan dari jendela ke luar tembok kota. Hal ini menunjukkan bahwa sejak memberitakan tentang Kristus Yesus yang pernah dia aniaya, Rasul Paulus terus menanggung penderitaan demi penderitaan (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 9:16). Adanya kelemahan menunjukkan bahwa Paulus adalah seorang rasul Kristus Yesus yang sejati. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda—sebagai seorang pelayan Kristus—mau bermegah dalam penderitaan dan kebodohan, atau bermegah dalam kehebatan Anda?