Menjelang akhir suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus meyakinkan mereka bahwa apa yang ia lakukan—sebagai rasul Kristus Yesus dan pelayan perjanjian baru—adalah untuk membangun iman mereka dan bukan meruntuhkan (12:19; 10:8). Rasul Paulus tetap fokus pada panggilan untuk membangun iman jemaat, di tengah ketegangan hubungannya dengan para anggota jemaat di Korintus, baik yang disebabkan oleh oknum pengacau (2:5-10) maupun oleh para rasul yang luar biasa itu (12:11). Oleh karena itu, Rasul Paulus meyakinkan mereka lagi bahwa dia adalah rasul Kristus karena "tanda-tanda, mukjizat-mukjizat, dan kuasa-kuasa" yang ia lakukan di tengah mereka (12:12). Ketiga penjabaran tentang karya ajaib ini menghubungkan pekerjaan Allah melalui Rasul Paulus dengan karya ajaib yang terjadi pada saat umat Israel keluar dari tanah Mesir (Keluaran 3:20; 7:3; 10:1-2).
Untuk lebih meyakinkan jemaat bahwa ia sungguh-sungguh membangun iman mereka, Rasul Paulus menyangkal tuduhan terhadap dirinya dalam hal keuangan. Para anggota jemaat di Korintus—yang dipengaruhi oleh rasul-rasul palsu yang tak ada taranya itu—berpikir bahwa Rasul Paulus adalah seorang yang licik. Mereka menuduh Rasul Paulus tidak menerima tunjangan dari mereka karena dia mengambil keuntungan dari penggalangan dana untuk orang-orang miskin di Yerusalem. Rasul Paulus meyakinkan mereka bahwa sebagai "orang tua" bagi mereka, dia mengorbankan miliknya—bahkan dirinya—bagi mereka, bukan sebaliknya (12:15). Demikian pula, tidak mungkin bagi dia untuk mengambil keuntungan dari penggalangan dana bagi orang-orang miskin karena Titus—yang diutus bersama saudara lain untuk pelayanan kasih—sangat berintegritas.
Semua yang Rasul Paulus lakukan dan tuliskan kepada para anggota jemaat Korintus adalah dimaksudkan untuk membangun iman mereka, bukan untuk meruntuhkannya. Oleh sebab itu, Rasul Paulus tidak menghendaki—ketika dia datang kepada mereka untuk ketiga kalinya—untuk "meruntuhkannya", yaitu memberi hukuman kepada mereka yang tidak bertobat. Inilah ungkapan hati dan tindakan seorang rasul Kristus yang sejati yang terpanggil untuk mengasihi dan membangun iman jemaat. Tidak mudah untuk membangun iman seseorang di tengah ketegangan hubungan. Namun, Rasul Paulus telah menjadi teladan yang baik tentang bagaimana dia membangun iman jemaat, bukan dengan menunjukkan kuasa atas orang lain, tetapi dengan bermegah atas penderitaan dan kelemahan. Apakah Anda terpanggil untuk membangun iman seseorang, sekalipun ada konflik dalam hubungan kalian?