Surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus dari penjara di Roma. Surat ini tidak ditulis untuk menjawab pertanyaan khusus atau menyelesaikan masalah tertentu dari jemaat di Efesus. Ia menulis surat ini sebagai bagian dari pengajarannya kepada jemaat. Oleh karena itu, surat ini dimaksudkan untuk diedarkan dan dibaca oleh gereja-gereja sekitar. Seperti surat Rasul Paulus pada umumnya, surat ini mengandung dua bagian utama, yakni tiga pasal pertama mengandung pengajaran doktrin keselamatan dan tiga pasal terakhir berisi pengajaran praktis tentang manifestasi iman dalam kehidupan nyata.
Di bagian pertama, Rasul Paulus menekankan kepastian keselamatan orang percaya (1:3-2:10). Keselamatan adalah hasil karya Allah Tritunggal: Bapa merancang, Yesus Kristus menjalankan, dan Roh Kudus menggenapi. Oleh karena itu, keselamatan yang diterima orang percaya adalah anugerah, bukan upah atas kebaikan atau hasil usaha. Selain itu, keselamatan yang dirancang dan digenapi Allah tidak mungkin gagal atau dibatalkan. Hasil langsung anugerah keselamatan adalah terciptanya komunitas baru?yakni komunitas orang percaya?yang dibangun atas kesamaan identitas rohani, dan merobohkan semua tembok fisik yang memisahkan manusia.
Di bagian kedua, Rasul Paulus menekankan pentingnya orang percaya mewujudkan iman mereka dalam kehidupan sehari-hari (4:1-6:20). Kunci bagian ini terletak pada kesadaran orang percaya sebagai ciptaan baru yang sudah meninggalkan kehidupan lama yang sia-sia di dalam dosa menuju kehidupan penuh makna di dalam Kristus. Di bagian kedua ini, Rasul Paulus menekankan pentingnya orang percaya menjadi terang di tengah komunitas gereja, masyarakat, keluarga, dan dunia kerja. Sebagai penutup, ia mengingatkan bahwa dunia adalah medan peperangan rohani melawan musuh yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, orang percaya harus bersandar kepada Allah untuk menjadi pemenang.
Surat Efesus mengajarkan tiga hal: Pertama, karena keselamatan adalah hasil karya dan pemberian Allah Tritunggal, keselamatan itu pasti dan tak mungkin direbut oleh siapa pun atau apa pun. Kedua, karya keselamatan dari Allah menciptakan komunitas baru berdasarkan identitas rohani, bukan fisik. Oleh karena itu, kita?sebagai bangsa non-Yahudi?berhak menjadi bagian komunitas yang menerima keselamatan dari Allah. Ketiga, iman yang memimpin kepada keselamatan bersifat subjektif dan internal. Iman harus dibuktikan melalui perubahan hidup yang objektif dan nyata. Selamat menikmati pelajaran berharga dari surat ini! [Pdt. Timotius Fu]
Pernahkah Anda meragukan kepastian keselamatan? Pernahkah Anda berpikir, jangan-jangan setelah meninggal nanti, ternyata saya tidak masuk surga? Banyak orang Kristen hidup dalam keraguan akan kepastian keselamatannya, sehingga mereka mengalami kekhawatiran dan ketakutan yang tidak perlu. Bacaan kita hari ini memberikan jaminan bahwa keselamatan kita di dalam Kristus adalah sebuah kepastian.
Teks hari ini menegaskan kepastian keselamatan orang percaya dengan tiga cara. Pertama, keselamatan orang percaya adalah karya Allah Tritunggal: Allah Bapa memilih dan menetapkan siapa yang diselamatkan (1:4-5); Kristus menggenapi dan menyempurnakan keselamatan melalui kematian dan kebangkitan-Nya (1:7-8); dan Roh Kudus menjadi materai yang menjamin keselamatan tersebut (1:13-14). Karena keselamatan adalah karya Allah Tritunggal, mustahil ada yang dapat menggagalkannya. Kedua, keselamatan orang percaya dibangun di atas fakta, bukan perasaan atau sekadar janji yang belum terwujud. Alkitab memakai bahasa yang menunjukkan bahwa karya Allah Tritunggal sudah dilaksanakan dengan pengaruh yang masih berlaku hingga masa kini, Artinya, Allah sudah menetapkan dan memilih siapa yang diselamatkan, dan pilihan-Nya tetap berlaku sampai masa kini. Yesus Kristus telah mati dan bangkit untuk menggenapi karya penebusan, dan karya-Nya masih efektif hingga masa kini. Roh Kudus sudah datang dan tinggal di dalam diri orang percaya. Kedatangan-Nya memeteraikan keselamatan dalam diri orang percaya sehingga keselamatan tidak mungkin hilang karena alasan dan kondisi apa pun. Ketiga, keselamatan orang percaya dijaga oleh Allah, bukan oleh manusia. Sebagai jaminan bagi keselamatan orang percaya, Roh Kudus hadir dan tinggal dalam diri orang percaya (1:13-14). Sebagai Allah yang sempurna, Roh Kudus memelihara orang percaya hingga memperoleh penebusan yang sempurna, yakni mendapat kehidupan yang kekal. Ketiga alasan di atas diperkuat dengan tulisan Rasul Paulus dalam Roma 8:31-38 bahwa sekali seseorang diselamatkan, selamanya ia selamat karena tidak ada yang dapat memisahkan orang percaya dari kasih Kristus.
Kebenaran di atas membawa kelegaan kepada orang percaya karena memberikan kepastian keselamatan di dalam Kristus. Apa pun yang terjadi, apa pun yang kita perbuat, keselamatan orang percaya tidak akan hilang. Apakah ini berarti bahwa orang percaya boleh hidup dalam segala macam dosa dan melampiaskan hawa nafsu karena keselamatannya sudah terjamin? Tentu saja tidak! Jaminan ini justru mendorong kita untuk menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab sebagai wujud ucapan syukur kepada Allah. [Pdt. Timotius Fu]