Dunia Romawi kuno mengenal tokoh gladiator yang menjadi petarung hebat. Pada zaman itu, para gladiator akan berduel satu lawan satu. Tidak jarang, para gladiator harus berduel melawan binatang buas. Pertarungan berakhir jika salah satu petarung tumbang. Gladiator yang berdiri tegap dinobatkan sebagai pemenang. Saat menulis bagian penutup surat ini, Rasul Paulus membayangkan pertarungan gladiator sebagai latar belakang. Selain memperingatkan para pembaca akan hebatnya pertarungan rohani yang akan dihadapi, Rasul Paulus berharap agar orang percaya tampil sebagai pemenang seperti seorang gladiator yang berdiri tegap di akhir pertarungan (6:13).
Agar bisa menjadi pemenang, orang percaya harus memenuhi dua kondisi: Pertama, ia harus mengenal identitas musuh dan strateginya (6:10-13). Menghadapi peperangan rohani berarti musuh orang percaya adalah Iblis yang menjadi penguasa dan pemerintah dunia yang gelap. Iblis sangat berbahaya karena muncul dalam wujud roh-roh jahat yang jahat dan licik. Sebagai bapa segala penipu, Iblis melakukan tipu muslihat untuk mendatangkan penderitaan dan menjerat umat manusia menjadi budak dosa. Oleh karena itu, orang percaya harus berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam jerat si jahat. Kedua, ia harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (6:13-18). Kelompok pertama perlengkapan senjata Allah bersifat defensif, yakni kebenaran, keadilan, kerelaan memberitakan Injil, iman, dan keyakinan keselamatan untuk mematahkan semua serangan dan tuduhan Iblis yang bertujuan membuat orang percaya kembali kepada kehidupan berdosa, meragukan keselamatan, dan kehilangan semangat mengabarkan Injil. Kelompok kedua perlengkapan senjata Allah bersifat ofensif, yakni pedang Roh dan doa yang berkuasa menghancurkan strategi jahat Iblis. Kenyataannya, orang percaya tidak mungkin mengalahkan Iblis yang jauh lebih berkuasa dan jahat. Namun, dengan memakai seluruh perlengkapan senjata Allah, orang percaya dapat menghancurkan semua strategi dan serangan Iblis. Dengan mengandalkan kuasa Allah, orang percaya dapat tetap berdiri tegak sebagai pemenang di akhir peperangan (6:13).
Pengajaran di atas mengingatkan kita bahwa dunia adalah medan peperangan rohani. Orang percaya menghadapi serangan dari si jahat setiap saat di segala tempat. Serangan yang dihadapi dapat berupa godaan berdosa, perasaan kecewa dan meragukan Allah di tengah kegagalan dan penderitaan, atau keinginan untuk mengumbar hawa nafsu. Peperangan rohani apa yang sedang Anda hadapi? Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah untuk mematahkan strategi dan mengalahkan segala serangan si jahat.