Sebagai pencakar langit tertinggi di dunia, Burj Khalifa menjulang setinggi 828 meter. Gedung ini meraih prestasi teknik terbesar dan terumit sepanjang masa sehingga banyak orang dari seluruh dunia datang untuk melihat dan mengagumi keajaiban arsitektur dan kemegahan Burj Khalifa. Namun, yang paling penting bukanlah kemegahan gedung, tetapi fondasinya. Jika fondasi tidak kuat, seluruh bangunan terancam runtuh. Pembangunan Bait Suci dan istana Salomo—sebagaimana diceritakan dalam 1 Raja-raja 7—mengingatkan kita akan pelajaran serupa.
Salomo membangun istananya selama 13 tahun. Ruang utama istana Salomo terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama, Gedung "Hutan Libanon"—kemungkinan besar dipakai sebagai gudang persenjataan atau tempat menyimpan harta kekayaan kerajaan (7:2). Kedua, Balai Saka—tempat berkumpul untuk acara-acara kenegaraan atau kegiatan resmi kerajaan (7:6). Ketiga, Balai Singgasana—tempat Salomo menjalankan fungsi kehakiman sebagai raja. (7:7). Selanjutnya, secara bersamaan, Salomo melengkapi aksesoris yang diperlukan di Bait Suci. Salomo memanggil Hiram dari suku Naftali untuk membuat empat aksesoris, yaitu: Pertama, sepasang pilar besar (7:15, 21-22). Satu pilar disebut "Yakhin", yang artinya "Ia akan menegakkan", dan pilar yang satu lagi disebut "Boas" yang artinya "di dalam Dia ada kekuatan". Pilar-pilar ini mencerminkan keteguhan janji Allah untuk menegakkan takhta Daud dengan kekuatan-Nya (lihat 2 Samuel 7:12-16) dan kekuatan Allah yang luar biasa untuk mencapainya. Kedua, sebuah tangki penampungan besar yang disebut "laut yang cair" (1 Raja-raja 7:23-26). Ketiga, sepuluh kereta air untuk menampung baskom-baskom yang lebih kecil untuk ritual-ritual Bait Suci lainnya (7:27-39). Keempat, kuali-kuali, sekop-sekop dan mangkuk-mangkuk yang lebih kecil (7:40-47). Dengan demikian, selesailah segala pekerjaan yang dilakukan Salomo di rumah TUHAN itu. Kemudian, Salomo membawa barang-barang yang telah dipersembahkan Daud ke dalam perbendaharaan rumah TUHAN (7:51).
Bacaan Alkitab hari ini mengajar kita untuk bersikap seperti seorang seniman yang bekerja keras menciptakan karya seni. Setiap goresan kuas memiliki makna dan tujuan. Hidup kita merupakan karya seni yang sedang dibangun oleh Tuhan. Seperti seniman yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membuat karya yang indah, kita juga dipanggil untuk mendedikasikan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Bagaimana Anda bisa memastikan bahwa setiap aspek hidup Anda mencerminkan kemuliaan Tuhan?