Kerajaan Israel terpecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Yehuda di selatan dengan ibu kota Yerusalem dan Kerajaan Israel di utara dengan ibu kota Samaria. Dalam bacaan Alkitab hari ini, orang Israel mengangkat Yerobeam sebagai raja atas Israel (12:20). Beberapa waktu setelah diangkat menjadi raja, Yerobeam mulai khawatir bahwa rakyatnya akan pergi ke Kerajaan Israel Selatan untuk beribadah di Bait Suci di Yerusalem. Ia merasa terancam. Ia khawatir bahwa kesetiaan rakyatnya beralih kepada Rehabeam, sehingga ia bisa kehilangan reputasi, pengaruh, dan kekuasaan. Untuk mengatasi hal ini, Yerobeam berusaha menstabilkan kekuasaannya dengan mengubah cara beribadah. Ia membuat dua anak lembu emas—satu ditempatkan di Betel dan satu lagi di Dan—serta memerintahkan rakyatnya beribadah di sana sebagai pengganti Bait Suci. Anehnya, bangsa Israel menerima berhala-berhala tersebut, dan hal ini menjadi dosa besar bagi Israel. Yerobeam mengangkat imam-imam yang bukan dari suku Lewi dan menetapkan hari raya pada hari kelima belas bulan kedelapan, agar rakyatnya tidak pergi ke Yerusalem untuk merayakan hari raya yang telah ditetapkan Allah (12:25-33).
Tindakan Yerobeam mencerminkan tanda bahaya, bahwa ia lebih peduli terhadap kenyamanan diri sendiri daripada kesetiaan kepada TUHAN. Ia gagal memahami bahwa keamanan sejati umat Israel terletak pada ketaatan kepada Allah, bukan pada manipulasi politik (1 Raja-raja 11:33). Yerobeam merupakan contoh pemimpin yang lebih takut kepada manusia daripada kepada TUHAN. Bila kita lebih mementingkan status atau keamanan pribadi daripada kebenaran Allah, kita cenderung melakukan kompromi rohani. Pemimpin yang setia tidak hanya membawa orang-orangnya menuju tujuan yang benar, tetapi juga menjaga mereka agar tetap berada di jalan yang benar. Zona nyaman sering kali membuat kita beralih dari fokus pada TUHAN. Hal ini terjadi pada Yerobeam, yang melakukan penyembahan palsu karena takut kehilangan kenyamanan. Inilah fenomena umum yang muncul bila kita merasa tidak nyaman dengan apa yang Tuhan minta dari kita, sehingga kita mencari cara sendiri. Zona nyaman sering kali menjadi hambatan terbesar bagi pertumbuhan iman kita.
Dalam hal apa Anda cenderung untuk lebih memilih zona nyaman daripada mengikuti panggilan Tuhan? Apakah Anda bersikap seperti Yerobeam yang berusaha mempertahankan cara-cara sendiri atau Anda bersedia melepaskan kenyamanan agar bisa mengikuti Tuhan dengan setia? Lepaskanlah zona nyaman yang menghalangi ketaatan kepada Allah dan percayakanlah hidup Anda sepenuhnya kepada-Nya!