1 Raja-raja 20:35-21:29

Serakah: Antara Ambisi dan Ketidakpuasan

30 Januari 2025
GI Tommy Chendana

Masalah pertanahan di Indonesia sering kali amat menyulitkan, terutama bagi masyarakat kecil. Pengusaha dan mafia tanah sering kali bekerja sama dengan aparat pemerintah untuk mengambil alih tanah warga dengan cara yang licik. Masyarakat kadang-kadang ditakut-takuti dengan ancaman dan kekerasan, sehingga pemilik tanah terpaksa menjual tanah mereka dengan harga sangat murah. Bacaan Alkitab hari ini menceritakan kisah Nabot, seorang pemilik kebun anggur di kota Yizreel. Raja Ahab, yang menginginkan kebun tersebut untuk dijadikan kebun sayur, menawarkan Nabot kebun yang lebih baik atau uang pengganti. Namun, Nabot menolak tawaran tersebut karena kebun itu adalah warisan keluarga yang tidak ingin ia jual.

Setelah mendengar penolakan yang menyakitkan itu, Ahab merasa kesal dan marah, lalu menceritakan penolakan tersebut kepada istrinya, Izebel. Kemudian, Izebel merancang siasat jahat, yaitu membuat tuduhan palsu terhadap Nabot, bahwa Nabot telah mengutuk Allah dan raja. Dengan tuduhan itu, Nabot dihukum mati dengan cara yang kejam, yaitu dilempari batu sampai mati. Tindakan Ahab dan Izebel itu sungguh sangat keji dan tidak berperikemanusiaan! TUHAN tidak menutup mata terhadap kejahatan itu! TUHAN memerintahkan Nabi Elia untuk menemui Ahab di kebun anggur milik Nabot. Saat bertemu, Nabi Elia menyampaikan pesan TUHAN yang mengerikan: Dosa Ahab telah diketahui dan terungkap, dan ia tidak akan terhindar dari hukuman TUHAN. Elia mengutuk Ahab dan menegaskan bahwa TUHAN akan menghancurkan keluarga Ahab, sama seperti yang terjadi pada keluarga Yerobeam bin Nebat dan Baesa bin Ahia. Elia menyampaikan dengan tegas, "Siapa saja dari keluarga Ahab yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung di udara." (21:24). Izebel juga tidak luput dari hukuman Tuhan. Elia menubuatkan bahwa Izebel akan dimakan oleh anjing di luar tembok Yizre’el (lihat 2 Raja-raja 9:36-37). Mendengar hukuman yang sangat berat itu, Ahab merasa sangat terpukul. Dalam keadaan putus asa, ia merobek pakaiannya, mengenakan kain kabung, dan merendahkan diri di hadapan TUHAN. Melihat pertobatan dan kerendahhatian Ahab, Allah menghargai sikapnya dan menunda penghukuman atas keluarganya selama ia masih hidup.

Sikap Ahab yang menyadari dosanya dan merendahkan hati mengingatkan kita bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni jika kita benar-benar bertobat. Apakah Anda sering dikuasai oleh keinginan yang amat kuat yang membuat Anda sulit memahami kebenaran dan sulit memperlakukan orang lain dengan adil?