Pasal ini menampilkan sejumlah tokoh dari berbagai kalangan. Ada gadis Israel yang ditawan dan menjadi pelayan di rumah pejabat Aram, negeri musuh Israel. Gadis ini mampu memelihara imannya bahkan mampu menjadi berkat bagi majikannya (5:2-4). Ada juga nabi Israel yang Allah pakai untuk menyembuhkan majikan gadis pelayan ini (5:14). Dua tokoh dalam bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita pada dua tokoh dalam Injil Yohanes. Naaman—seperti perempuan Samaria dalam Yohanes 4—adalah orang yang semula jauh dari Allah, namun tiba-tiba mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah. Gehazi—seperti kondisi Nikodemus sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus dalam Yohanes 3—adalah orang yang diharapkan bersikap rohani dan dekat dengan Allah, tetapi mereka berdua—saat itu—justru belum mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah.
Naaman—panglima kerajaan Aram—tidak mengenal Allah. Namun, sejenis penyakit kulit—dalam TB1 disebut penyakit kusta—yang menimpa dirinya menjadi jalan baginya untuk berjumpa dengan Allah, dan hidupnya diubahkan. Cara pandangnya terhadap harta berubah: Ia semula menjadikan harta sebagai alat untuk meraih semua keinginannya, termasuk keinginan untuk sembuh. Namun, ia belajar memberikan hartanya sebagai ‘berakah’, yaitu kata bahasa Ibrani untuk pemberian (5:15) yang bisa dimaknai sebagai ungkapan syukur. Cara pandangnya terhadap diri sendiri juga berubah: Semula, dia memandang dirinya sebagai pusat, sebagai tuan, sehingga ia sangat tersinggung saat diperintah Elisa untuk mandi di sungai Yordan. Namun, setelah sembuh, ia bisa belajar memandang dirinya sebagai hamba (5:17).
Sebaliknya, Gehazi adalah bujang nabi Elisa. Ia tinggal di rumah sang nabi dan bisa dipandang sebagai orang yang tidak jauh dari Allah. Sayangnya, meskipun hidup di lingkungan rohani, ternyata Gehazi tidak mengalami perjumpaan dengan Allah. Buktinya terlihat dari cara pandangnya terhadap harta. Gehazi masih melihat uang dan kekayaan sebagai segala-galanya (5:20-23). Demi mendapat harta, Gehazi berdusta dan mencoreng nama baik nabi Elisa. Akibatnya, harta ia dapatkan, tetapi penyakit Naaman berpindah padanya (5:26-27). Sungguh menyedihkan!
Berapa lama Anda sudah mengikut Allah? Sudahkah Anda mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah dan merasakan belas kasihan dan anugerah keselamatan-Nya? Jika sudah, maka respons yang tepat adalah hati yang penuh dengan ucapan syukur karena menyadari bahwa diri kita yang berdosa ini sesungguhnya tidak layak menerimanya. Kesadaran akan anugerah Allah pasti akan menghasilkan perubahan dalam cara kita memandang dunia, Allah, dan diri sendiri.