Injil bagi Semua Orang
Empat kitab pertama dalam Perjanjian Baru disebut kitab-kitab Injil. Kata "Injil" berarti kabar baik., yaitu kabar baik tentang Yesus Kristus, Sang Mesias yang telah dijanjikan kedatangan-Nya dalam Perjanjian Lama. Penantian kedatangan Sang Mesias ini telah dimulai sejak manusia pertama—yaitu Adam dan Hawa—jatuh ke dalam dosa. Setelah kejatuhan itu, Allah berfirman, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kejadian 3:15). Perkataan kutukan Allah terhadap ular—yang merupakan perwujudan Iblis—sekaligus merupakan janji bagi manusia yang merupakan keturunan Adam dan Hawa. Yesus Kristus adalah perwujudan keturunan perempuan—yaitu Hawa—yang meremukkan kepala ular. Remuknya kepala ular merupakan simbol kekalahan Iblis yang terwujud saat Tuhan Yesus wafat di kayu salib dan kemudian bangkit dari kematian pada hari yang ketiga. Berita tantang penggenapan janji Allah ini merupakan Kabar Baik atau Injil, dan kabar baik itu dituliskan dalam keempat kitab Injil. Berita Injil ini merupakan berita yang sangat penting (bandingkan dengan 1 Korintus 15:3-4), bahkan merupakan berita yang paling penting dalam Alkitab.
Walaupun janji tentang Sang Mesias dipegang secara turun-temurun dalam sejarah Yahudi, Sang Mesias datang sebagai Sang Penebus dosa bagi semua orang dari segala bangsa, bukan hanya bagi bangsa Yahudi saja. Ingatlah bahwa Adam dan Hawa merupakan cikal bakal semua orang dari segala bangsa, bukan hanya cikal bakal bangsa Yahudi saja! Keterlibatan bangsa-bangsa non-Yahudi dalam sejarah Yahudi dengan jelas memperlihatkan bahwa Sang Mesias datang untuk semua orang dari segala bangsa. Hati Allah yang mengasihi semua orang dari segala bangsa antara lain terlihat dalam kehidupan Nabi Yunus. Nabi Yunus enggan menyampaikan seruan untuk bertobat kepada bangsa Niniwe karena ia menginginkan agar bangsa Niniwe yang jahat itu dihukum Tuhan. Akan tetapi, Allah memaksa Nabi Yunus untuk menyampaikan seruan pertobatan kepada bangsa Niniwe.
Keempat kitab Injil menyampaikan berita tentang Yesus Kristus. Akan tetapi, Injil Lukas adalah kitab injil yang paling jelas mengungkapkan bahwa Injil Yesus Kristus itu adalah kabar baik untuk semua orang dari segala bangsa! Dalam Injil Lukas, kita bisa menyimak perhatian Tuhan Yesus terhadap orang non-Yahudi dan terhadap kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat Yahudi! [GI Purnama]
Rencana Allah Melampaui Nalar Manusia
Rabu, 26 Februari 2025
Bacaan Alkitab hari ini:
Lukas 1:1-25
Kegagalan kita untuk memahami rencana Allah bagi diri kita pada umumnya disebabkan karena kita cenderung memakai cara pandang manusiawi kita yang terbatas untuk memprediksi dan menilai cara kerja Allah yang tak selalu bisa kita pahami. Berita tentang Tuhan Yesus pada abad pertama pun wajar bila terasa simpang siur dan membingungkan bagi orang bukan Yahudi pada masa itu. Oleh karena itu, peran penulis Injil Lukas dalam mengumpulkan data dan menyusun berita tentang Tuhan Yesus amat penting. Menurut tradisi gereja, penulis injil Lukas adalah dokter—atau tabib (Kolose 4:14)—Lukas yang menjadi anggota tim PI Rasul Paulus, sekaligus merupakan penulis Kisah Para Rasul (bandingkan Lukas 1:1 dan Kisah Para Rasul 1:1). Lukas bukan orang Yahudi, demikian pula dengan Teofilus, penerima pertama Injil Lukas. Oleh karena itu, hasil penelitian Lukas terhadap riwayat dan ajaran Yesus Kristus jelas sangat berharga bagi orang-orang bukan Yahudi, termasuk bagi kita yang tidak berlatar belakang Yahudi.
Yohanes adalah tokoh penting, yaitu sebagai pendahulu yang mempersiapkan kedatangan Sang Mesias dengan memberitakan tentang perlunya pertobatan dan menyelenggarakan baptisan untuk pertobatan (1:16-17; 3:3-16). Pelayanan baptisan oleh Yohanes ini membuat kita biasa menyebut Yohanes dengan sebutan Yohanes Pembaptis. Secara tidak langsung, pelayanan Yohanes Pembaptis ini mempersiapkan berita tentang Yesus Kristus sebagai Juruselamat umat manusia. Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa Allah memilih pasangan Imam Zakharia-Elisabeth sebagai orang tua Yohanes Pembaptis, padahal mereka berdua sudah berusia lanjut dan Elisabet itu mandul. Pemilihan Allah yang melampaui nalar ini memperlihatkan bahwa keberadaan Yohanes Pembaptis sebagai pendahulu Sang Mesias bukanlah suatu kebetulan, melainkan sesuatu yang sudah direncanakan oleh Allah.
Bagi kita, sebagai orang percaya, pemilihan Allah terhadap pasangan Zakharia-Elisabet ini memperlihatkan bahwa rencana Allah tidak selalu bisa kita mengerti hanya dengan nalar, melainkan harus kita pahami dengan iman. Sebagaimana Allah dapat memakai pasangan Zakharia-Elisabeth yang sudah lanjut usia, dan Elisabet adalah seorang yang mandul sehingga tidak masuk akal bila menjadi kandidat untuk melahirkan anak, demikian pula rencana Allah atas diri orang percaya—saya dan Anda—tidak selalu sesuai dengan nalar manusiawi kita. Allah memiliki rencana atas diri Anda dan saya, dan kehendak Allah adalah agar kita melaksanakan apa pun yang Dia kehendaki untuk kita lakukan. Apakah Anda memahami rencana Allah atas hidup Anda? Apakah Anda bersedia untuk taat?