Orang berhikmat adalah orang yang bisa mengendalikan diri dan hidup berdasarkan kebiasaan moral yang alkitabiah. Bacaan Alkitab hari ini memuat berbagai nasihat yang ditujukan kepada orang yang mau bertumbuh dalam hikmat yang terlihat dari etika moral, khususnya berupa kejujuran dan kerajinan. Amsal 20 membahas beberapa tabiat dosa seperti: kebohongan, kemalasan, kemarahan; dan beberapa kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang dampaknya merugikan. Hal ini disampaikan dalam wujud teguran dan peringatan. Orang berhikmat memperhatikan etika moral: tidak suka mabuk (20:1), sopan dalam berkata-kata (20:2,3,15,19,22), taat dan setia (20:6,16,26,28). Orang berhikmat memelihara kekudusan (20:7,9) dan menjunjung tinggi kejujuran dalam berdagang (20:10,14,17,21,23,25). Untuk menjadi berhikmat, kita dinasihati untuk bekerja dengan rajin dan menghindar dari jerat kemalasan (20:4-5,13).
Kepribadian seseorang sudah terlihat sejak ia masih anak-anak. Akan tetapi, ingatlah bahwa TUHAN berkuasa mengubah orang yang mau berubah (20:11-12). Perubahan ini bisa terjadi karena roh manusia berasal dari TUHAN dan diciptakan dengan kemampuan menyelidiki lubuk hatinya sendiri (20:27). TUHAN mengawasi setiap langkah manusia. Persoalannya, apakah manusia bersedia mencari pengertian atas jalan hidupnya dari TUHAN (20:24)? Dalam tatanan sosial, TUHAN menempatkan keberadaan orang tua—ayah dan ibu sebagai sosok yang memiliki otoritas untuk memelihara terang dalam jiwa anak-anak mereka (20:20,30). Jadi, pembaca berusia muda harus mengingat bahwa TUHAN yang memberi kekuatan (20:29a). Pembaca berusia dewasa harus mengingat bahwa TUHAN memberi hikmat kebijaksanaan (20:29b; bandingkan dengan 16:31). Alangkah indahnya bila sejak usia muda, Anda telah hidup menjadi teladan bagi sesama dalam: perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kemurnian hati (lihat 1 Timotius 4:12).
Renungkanlah: Apa yang mengendalikan hidup Anda? Apakah Anda dikendalikan oleh alkohol (yang memabukkan) atau emosi (yang membuat kemarahan Anda tidak terkendali) atau harta (yang membuat Anda menipu atau berbohong untuk mendapatkannya)? Siapakah yang mengendalikan diri Anda? Apakah Anda dikendalikan oleh diri sendiri (sehingga bermalas-malasan Anda anggap wajar) atau oleh TUHAN dan hikmat kebenaran-Nya? Siapa atau apa yang mengendalikan hidup Anda menentukan apa yang Anda pikirkan, Anda rasakan, dan Anda lakukan tiap hari. Atas semua hal ini, TUHAN menuntut pertanggungjawaban kita (Matius 12:35-37; 2 Timotius 4:1).