Pada masa kini, orang memakai meterai untuk mengesahkan sebuah dokumen atau perjanjian. Manusia dapat mengingkari janji. Meterai merupakan alat untuk mengamankan dua belah pihak yang saling berjanji karena meterai memiliki kekuatan hukum. Meterai memberi keyakinan bahwa perjanjian yang dibuat tidak akan dilanggar atau diingkari. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Allah mengulang janji-Nya kepada umat-Nya, dan Ia meneguhkan janji itu dengan memerintahkan Nabi Yeremia untuk melakukan tindakan simbolis, yaitu menebus ladang milik keponakannya (32:6-15). Nabi Yeremia melaksanakan tindakan simbolis itu di pelataran penjagaan tempat ia ditahan oleh Raja Zedekia dengan disaksikan oleh semua orang Yehuda yang ada di sana. Kemudian, ia memerintahkan Barukh untuk menyimpan surat-surat pembelian yang dimeteraikan dan surat salinan yang terbuka di dalam bejana tanah liat supaya tahan lama.
Setelah melakukan pembelian ladang, Nabi Yeremia berdoa dan bertanya kepada Allah mengapa ia disuruh membeli ladang itu, padahal ladang itu telah diserahkan kepada orang Kasdim (32:25). Allah menjawab Nabi Yeremia dengan mengajukan pertanyaan retoris, "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk. Adakah sesuatu yang mustahil bagi-Ku?" (32:27). Jawaban Allah ini seharusnya membuang semua keraguan di hati Yeremia maupun di hati umat TUHAN. Allah menyuruh Yeremia membeli ladang yang sudah dikuasai oleh Babel karena Ia memiliki rencana untuk mengembalikan tanah itu kepada umat Yehuda. Orang Kasdim menguasai tanah itu hanya untuk sementara waktu karena TUHAN menyerahkan tanah itu kepada mereka (32:28). Hal ini dilakukan TUHAN karena umat-Nya telah melanggar perjanjian dan meninggalkan Dia (32:30, 32-35). Setelah tiba waktunya, Allah di dalam kedaulatan-Nya akan membawa kembali umat yang telah dicerai-beraikan-Nya untuk kembali ke tempat semula (32:37). Allah akan memperbaharui hati umat-Nya agar menjadi takut akan Dia sepanjang masa (32:39). Allah akan mengikat perjanjian kekal dengan umat-Nya dan tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka. Allah juga akan menaruh rasa takut akan Dia di dalam hati umat-Nya supaya mereka jangan menjauh dari-Nya (32:40).
Janji Allah kepada umat-Nya ini sudah digenapi, khususnya saat Ia mengutus Anak-Nya yang Tunggal—yaitu Yesus Kristus—untuk datang ke dunia ini. Pengurbanan Kristus di kayu salib mengesahkan Perjanjian Baru (Matius 26:28), suatu perjanjian kekal antara Allah dengan umat-Nya, yaitu orang-orang yang percaya kepada Anak-Nya. Apakah Anda sudah hidup dengan berpegang pada janji Tuhan?