Iman Kristen di tengah Dunia
Perjalanan hidup kristiani adalah sebuah perjalanan yang panjang. Ketika diselamatkan, kita masih menempati dunia ini. Dalam perjalanan di tengah dunia, bagaimanakah seharusnya orang Kristen bersikap? Kitab Yakobus merupakan jawaban atas pertanyaan diatas. Kitab Yakobus ditujukan kepada kedua belas suku di perantauan (1:1). Kata “perantauan” (terjemahan dari kata Yunani, diaspora) menunjuk kepada orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang terserak di dunia Yunani-Romawi (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 2:5-11). Mungkin, para penerima surat ini termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan kemudian terserak oleh penganiayaan setelah Stefanus mati syahid (Kisah Para Rasul 8:1). Surat ini tergolong “surat umum” karena penerimanya adalah suatu sidang pembaca yang bukan hanya satu jemaat lokal, sehingga sebutan “kedua belas suku” (Yakobus 1:1) bisa dianggap menunjuk kepada seluruh umat Allah yang baru (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 26:7; Wahyu 7:4).
Yakobus—saudara Tuhan Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem—umumnya dianggap sebagai penulis surat ini. Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yakobus 2:2). Menurut keterangan Yosefus, seorang sejarawan Yahudi, Yakobus mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.
Di tengah perantauan, iman kristiani adalah iman yang hidup yang harus dinyatakan secara nyata, secara konkret. Iman ini tidak mudah dinyatakan di tengah dunia karena ada berbagai pencobaan, tetapi disitulah tantangan kita menjadi terang. Yakobus meneguhkan semangat orang percaya Yahudi di tengah penderitaan dari berbagai pencobaan yang menguji iman mereka (Iman dan Pencobaan – Yakobus 1). Setelah itu, ia menjelaskan mengenai sifat iman yang menyelamatkan, iman yang hidup yang berbeda dengan iman setan (Iman dan Perbuatan – Yakobus 2). Iman ini harus dinyatakan dalam keseharian hidup, bahkan dari hal yang kelihatannya kecil seperti pengendalian lidah (Iman dan Perkataan – Yakobus 3). Iman itu harus tetap teguh di tengah hawa nafsu dunia dan dalam melawan segala tipu muslihat iblis (Iman dan Hawa Nafsu Duniawi – Yakobus 4). Semuanya ini hanya terjadi karena kekuatan Tuhan melalui doa (Iman dan Doa – Yakobus 5). Semua nabi dan tokoh Alkitab berhasil berdiri teguh dalam iman mereka, bukan karena kehebatan mereka, tetapi karena doa. Mereka adalah manusia biasa sama seperti kita. Inilah perjalanan bersama yang sudah mereka lalui dan harus kita lalui. [TE]
Kamis, 18 Juni 2015
Bacaan Alkitab hari ini: Yakobus 1
Pencobaan merupakan Kebahagiaan? Rasanya konsep ini salah, bahkan aneh. Tapi, itulah yang hendak disampaikan oleh Yakobus. Yakobus mengalamatkan suratnya kepada kedua belas suku di perantauan. Kata “perantauan” tidak sekedar merujuk pada fakta fisik tempat di luar Yerusalem, tapi juga merujuk pada kenyataan hidup rohani semua orang percaya. John Bunyan, dalam bukunya, Perjalanan Seorang Musafir, melukiskan realita perantauan ini dengan sangat baik. Perantauan ini ditandai dengan kenyataan penting munculnya berbagai masalah dan pencobaan di sekitarnya.
Pencobaan adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Ketika berhadapan dengan pencobaan, Yakobus berkata bahwa pencobaan harus dianggap sebagai kebahagiaan (1:2). Mengapa demikian? Karena akhir dari pencobaan adalah kesempurnaan, buah yang matang. Tidak mengenakkan, tetapi penting untuk pertumbuhan.
Pernahkah Anda membayangkan adanya sekolah umum tanpa ujian? Ujian tidak mengenakkan bagi anak-anak kita, tapi itu diperlukan agar anak-anak kita bisa naik kelas dan semakin matang. Itulah juga yang Tuhan inginkan melalui berbagai pencobaan. kunci menghadapi semuanya ini adalah ketekunan. Kita harus bertahan dalam semua pencobaan karena ketika kita tahan uji, mahkota kehidupan menanti kita (1:12).
Bahkan, kita diyakinkan bahwa di balik pencobaan, Allah memberikan anugerah yang baik dan sempurna (1:17). Ia tidak merencanakan yang jahat, hanya yang terbaik bagi anak-anakNya. Ingatkah Anda akan guru favorit, guru yang baik di masa sekolah? Allah jauh melebihi guru yang baik yang ada di setiap sekolah di dunia ini. [TE]
Yakobus 1:3-4
“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.”