Mengenal Sepintas Surat 1 Petrus
Buku Pegangan bagi Para Martir
dan Kaum Kristen yang Teraniaya
Pada suatu hari di sekitar pertengahan tahun 64 Masehi, sebuah kebakaran dahsyat melanda ibukota kekaisaran Romawi : kota Roma. Tidak membutuhkan waktu lama, seluruh kota itu dilanda lautan api. Beratus-ratus rumah dan bangunan hancur menjadi abu. Sebagian besar penduduk kota kehilangan tempat tinggal. Sejarah menyimpulkan bahwa Kaisar Nero sendiri yang menyalakan kebakaran itu untuk menghancurkan gedung-gedung yang sudah tua dan menggantikannya dengan mendirikan istana-istana marmer serta monumen-monumen untuk memasyurkan namanya. Para ahli sejarah mengklaim bahwa saat itu dari balkon atas istananya, kaisar Nero memandang kota Roma dan menikmati kebakaran besar itu.
Rakyat sangat marah atas bencana ini. Sebagai akibatnya, mereka bersiap-siap memberontak. Maka Nero yang licik menciptakan kambing hitam yang dapat dengan mudah dipersalahkan atas kebakaran itu. Kambing hitam itu adalah sekelompok orang yang dinamakan “Kristen”. Dinamakan demikian sebagai olok-olok, karena mereka ini mengikuti teladan seorang yang bernama Kristus. Kristen artinya Kristus kecil. Dalam benak orang-orang Romawi, ada banyak cerita aneh tentang diri-Nya. Kabarnya, Dia itu telah mati disalibkan lalu dibangkitkan kembali. Ada desas-desus yang meresahkan tentang praktek-praktek aneh para pengikut-Nya. Orang-orang Kristen itu dianggap menjalankan praktek kanibal karena mereka berbicara tentang pertemuan di katakombe-katakombe, yaitu mereka meminum darah dan memakan tubuh Yesus, Tuhan mereka itu. Demikianlah sebelumnya orang-orang Kristen memang sudah dicurigai, sehingga ketika Nero mempersalahkan mereka atas terbakarnya kota Roma, dengan mudah rakyat Roma pun percaya.
Dengan dukungan penuh dari rakyat, Nero memulai serangkaian penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Mereka dibakar hidup-hidup sebagai obor untuk menerangi taman-taman kota milik Nero saat ia mengadakan pesta di taman terbuka. Ada yang diikat di kereta kuda, lalu diseret melewati jalanan kasar berdebu kota Roma sampai tewas dengan kulit yang terkelupas dan daging yang terkoyak. Ada yang diumpankan kepada singa yang kelaparan. Ratusan cara yang keji dilakukan Nero dan tentaranya untuk menganiaya orang-orang Kristen. Para sejarawan menyimpulkan bahwa Nero mengeksploitasi kebencian yang keji terhadap orang Kristen dan memanfaatkannya untuk memuaskan nafsu sadistisnya.
Masa penganiayaan yang luar biasa keji terhadap orang-orang Kristen di Roma inilah yang menjadi konteks dari Surat 1 Petrus. Sebagian besar pakar Alkitab yakin bahwa Petrus menulis surat pertamanya ini dari kota Roma. Dari mana kita tahu? Dari suratnya ini. Ia mengawali suratnya dengan kata-kata berikut di Pasal 1 ayat 1-2,
“Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.” (1:1-2)
Lebih jelas di pasal 5:13, “Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku.”
Dalam ayat ini Paulus tidak sedang berbicara tentang kota kuno Babilon di tepi Sungai Efrat. Mayoritas pakar Alkitab setuju bahwa Petrus memakai istilah yang lazim dipakai orang-orang Kristen abad pertama. Mereka sering menyebut Roma sebagai “Babilon” karena sama dengan kota Babilon, di kota itu ada penyembahan berhala, penumpahan darah dan kerusakan moral yang terang-terangan disetujui pemerintah. Salam dari Petrus kawanmu yang ada di Babilon, hal ini menunjukkan bahwa Petrus ada di Roma pada waktu itu.
Jadi Petrus menuliskan surat ini dari kota Roma sekitar tahun 67 Masehi. Kepada siapa ia tujukan tulisannya? Kepada orang-orang Kristen yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, kota-kota di sebelah timur laut propinsi Asia Kecil (sekarang masuk wilayah Turki). Komunitas Kristen ini sedang diburu, dicari dan dianiaya di seluruh kekaisaran itu atas perintah Kaisar Nero. Oleh sebab itu Rasul Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada mereka dan menguatkan mereka agar bertahan dalam menghadapi penganiayaan yang kejam dan bengis dari prajurit-prajurit Romawi. Demikianlah surat ini lahir di dalam suasana penderitaan, sesaat sebelum Petrus sendiri mati syahid dengan disalibkan secara terbalik.
Oleh sebab itu surat ini sangat berguna bagi orang Kristen di segala zaman yang sedang mengalami penganiayaan atau penderitaan dalam bentuk apapun. Itulah sebabnya para ahli Alkitab memberi julukan surat 1 Petrus ini sebagai Buku Pegangan bagi Para Martir dan Kaum Kristen yang Teraniaya. [JS]
Selasa, 23 Juni 2015
Bacaan Alkitab hari ini: 1 Petrus 1
Salah satu rahasia mengapa orang Kristen mampu menghadapi penganiayaan adalah identitas yang jelas sebagai umat pilihan Allah (1:2). Dalam surat 1 Petrus ada 4 identitas sebagai umat pilihan Allah.
Pertama, umat pilihan Allah ditandai dengan hidup yang penuh pengharapan dan sukacita (1:3-8). Surat ini diawali dengan fakta mukjizat terbesar dari hidup orang Kristen yaitu relasi khusus dengan Kristus melalui mukjizat kelahiran kembali. Bagaimana orang berdosa bisa diampuni dan menerima bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu? Semua itu terjadi oleh anugerah Tuhan melalui iman kepada Kristus yang mati dan bangkit, yaitu sebuah kelahiran kembali.
Identitas kedua umat pilihan Allah adalah hidup dalam kekudusan (1:14-16). Hidup kudus dalam arti hidup dalam ketaatan dan tidak hanyut oleh hawa nafsu duniawi, sebaliknya menghidupi hidup yang kudus sama seperti Kristus yang kudus.
Identitas ketiga adalah umat pilihan Allah semestinya hidup takut dan hormat kepada Allah. Hidup dalam ketakutan? Ya, Allah menghendaki kita, umat pilihan-Nya agar kita takut—tetapi kata takut ini harus dijelaskan. Petrus tidak mengatakan bahwa kita harus menjadi penakut atau dilumpuhkan keberanian kita oleh ketakutan. Sebaliknya Petrus menasehati kita untuk memiliki ketakutan yang merupakan penghormatan yang jujur dan mendalam kepada Allah (1:17-19).
Identitas terakhir adalah umat Allah seharusnya hidup dalam kasih persaudaraan, live in harmony, sungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hati (1:22). Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memiliki identitas sebagai umat pilihan Allah ini? [JS]
1 Petrus 1:3
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.”