Bacaan Alkitab hari ini: 2 Tawarikh 19
Yosafat mengangkat beberapa orang dari antara orang Lewi, dari antara para imam dan dari antara para kepala puak Israel untuk memberi keputusan dalam hal hukum TUHAN dan dalam hal perselisihan. Mereka berkedudukan di Yerusalem (19:8). Raja Yosafat berpesan kepada orang-orang yang ia angkat sebagai hakim-hakim di Israel, bahwa tugas yang harus mereka lakukan itu harus dipandang sebagai pelayanan kepada Tuhan (19:6). Dengan memandang tugas mereka sebagai pelayanan kepada Tuhan, maka patokan bagi mereka dalam membuat keputusan bukanlah apa yang paling menguntungkan (baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain), melainkan apa yang berkenan kepada Tuhan.
Pada umumnya, seriap orang akan memilih untuk melakukan apa yang dianggap paling menguntungkan buat dirinya. Kesetiaan kepada Allah pun dapat disingkirkan bila kesetiaan itu dianggap merugikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila saat bangsa Israel menyaksikan kemakmuran bangsa-bangsa kafir, mereka juga sering tergoda untuk ikut menyembah ilah asing yang dianggap memberikan kesuksesan. Bila kesetiaan kepada Allah disingkirkan, tak mengherankan bila muncul hakim-hakim yang bersedia memenangkan perkara orang yang bersalah karena telah menerima suap. Karena Allah disingkirkan, tidak mengherankan bila saat ini muncul berbagai pandangan yang menjungkirbalikkan nilai-nilai lama, seperti Mahkamah Agung Amerika Serikat yang menetapkan pernikahan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) sebagai pernikahan yang sah. [P]
2 Tawarikh 19:6-7
Berpesanlah ia kepada hakim-hakim itu: "Pertimbangkanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk TUHAN, yang ada beserta kamu, bila kamu memutuskan hukum. Sebab itu, kiranya kamu diliputi oleh rasa takut kepada TUHAN. Bertindaklah dengan seksama, karena berlaku curang, memihak
ataupun menerima suap tidak ada pada TUHAN, Allah kita."