[Break]
Walaupun Abraham memiliki iman yang membuat dia patut diteladani, Abraham memiliki kelemahan. Dia sudah mengalami pengalaman pahit ketika dia harus mengusir Hagar, gundiknya bersama dengan Ismail, anak kandungnya yang dia peroleh dari Hagar (21:10-11). Sungguh tidak terduga bahwa di masa tuanya, dia mengambil Ketura menjadi istrinya yang ketiga, padahal dia tahu bahwa yang ditetapkan Allah untuk menjadi ahli warisnya adalah Ishak, anak yang dia peroleh dari Sara. Bisa kita duga bahwa Abraham
tentu sedih ketika untuk kedua kalinya, dia harus "mengusir" anak-anaknya yang dia peroleh dari Ketura (25:6). Coba sebutkan bagaimana kondisi anak-anak “kelas dua” (anak-anak yang kurang disayangi) yang lahir dari pernikahan poligami pada umumnya!
Membangun rumah tangga itu sulit. Rumah tangga monogami antara Ishak dan Ribka pun juga menghadapi kesulitan karena Ishak dan Ribka tidak sehati dalam mendidik anak. Saat Esau datang dalam keadaan lelah dan meminta masakan kacang merah
yang sedang dimasak oleh Yakub, Yakub tidak mau memberi secara cuma-cuma. Dia menuntut agar Esau menjual hak kesulungannya sebagai ongkos semangkuk kacang merah. Renungkanlah: Bila Anda menjadi orang tua Esau dan Yakub, apakah hati Anda
tidak sedih melihat peristiwa tersebut?
Kekayaan dan kecantikan bukan faktor terpenting dalam rumah tangga. Persiapan terpenting untuk membangun rumah tangga adalah mengalami anugerah Allah dan mengikuti bimbingan pra-nikah. Tanpa anugerah Allah, kita tak akan sanggup untuk mengampuni pasangan kita dan anak-anak kita, dan
kita tak akan sanggup untuk terus bersikap membangun. Tanpa bimbingan pra-nikah, kita tak akan mengerti prinsip-prinsip membangun dan menyelesaikan masalah dalam rumah tangga [P]
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga."
-Mazmur 127:1-