Allah mengkhususkan bangsa Israel untuk menjadi bangsa yang kudus. Kata "kudus" mengandung dua pengertian, yaitu "keterpisahan" dan "keberbedaan". Allah berkehendak memisahkan bangsa Israel dari suku-suku bangsa di Tanah Kanaan karena pada masa itu, orang-orang Kanaan adalah para penyembah berhala. Kondisi mereka sebagai para penyembah berhala sudah mendarah daging, sehingga amat sulit bagi mereka untuk meninggalkan kebiasaan sebagai penyembah berhala. Sebaliknya, bangsa Israel adalah bangsa yang belum matang; keyakinan mereka mudah goyah. Oleh karena itu, Allah melarang bangsa Israel bergaul-apalagi mengikat perjanjian-dengan suku-suku bangsa kafir tersebut, agar bangsa Israel tidak terpengaruh oleh kebiasaan para penyembah berhala. Dengan demikian, diharapkan bahwa bangsa Israel dapat mempertahankan identitas mereka sebagai umat Allah yang tidak memiliki sesembahan lain selain dari TUHAN Allah Israel.
Perlakuan Allah terhadap bangsa Israel adalah cermin bagi orang percaya masa kini. Di satu sisi, kita harus menjadi garam dan terang dunia. Tanggung jawab ini akan mudah dilakukan bila kita bergaul akrab dengan dunia (orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus). Di sisi lain, kita perlu mengukur diri secara cermat. Bila iman kita belum kuat, bukan saja kita sulit menjadi garam dan terang dunia, melainkan kita akan terpengaruh oleh keyakinan orang-orang yang belum percaya. Sebagai jalan tengah, kita perlu memiliki dua lingkungan, yaitu lingkungan sesama orang percaya yang saling menguatkan dalam menghadapi segala macam tantangan kehidupan, dan lingkungan orang belum percaya yang harus kita garami dan kita terangi dengan firman Allah. Apakah lingkungan Anda telah seimbang? [P]
"Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." Keluran 19:6