Sekilas, pasal ini memang menjawab pertanyaan apakah orang Kristen boleh makan makanan persembahan berhala atau tidak. Namun, kalau diperhatikan secara lebih mendalam, Paulus menggunakan isu makanan persembahan berhala untuk mengajarkan satu kebenaran yang lebih penting: kewaspadaan dalam bertindak agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang yang imannya lemah. Untuk isu pertama, jawaban Paulus adalah singkat dan tegas, yaitu: Hanya ada satu Allah yang benar, semua yang disebut berhala sebenarnya tidak ada, sehingga semua makanan boleh dimakan, termasuk yang sudah dipersembahkan di depan berhala. Namun demikian, Paulus memberikan satu peringatan khusus kepada jemaat di Korintus, bahwa tidak semua orang percaya memiliki pengetahuan di atas, khususnya mereka yang baru percaya. Karena ketidaktahuan tersebut, hati nurani mereka akan ternodai atau terluka kalau mereka disuruh makan makanan persembahan berhala atau melihat orang Kristen makan dalam kuil berhala. Oleh sebab itu, agar tidak menjadi batu sandungan bagi saudara seiman yang imannya masih lemah, orang Kristen yang memiliki pengetahuan, termasuk diri Paulus sendiri, seharusnya tidak makan makanan persembahan berhala. Menurut Anda, apakah isu makanan persembahan berhala masih relevan untuk gereja kita masa kini? Adakah isu lain yang sejenis yang perlu kita perhatikan?
Tenggang rasa dan kepedulian terhadap sesama orang percaya, itulah pelajaran yang ditekankan Paulus dalam pasal ini. Sebagai orang percaya, kita bebas melakukan banyak hal, baik dalam kehidupan bergereja maupun bermasyarakat, namun kita harus selalu menyadari kehadiran orang-orang yang imannya masih lemah (yang pengetahuan rohaninya belum kaya) di sekitar kita. Janganlah kita menjadi batu sandungan bagi mereka! [TF]
"Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah." 1 Korintus 8:9