Korban Keselamatan dipersembahkan sebagai ekspresi ucapan syukur kepada Allah. Korban Keselamatan diberikan setelah sebelumnya bangsa Israel diperdamaikan dengan Allah melalui Korban Bakaran dan dedikasi diri mereka diterima Allah melalui Korban Sajian. Korban Keselamatan mengandung dua makna: Pertama, mengucap syukur kepada Allah dengan memberikan persembahan yang terbaik, ditandai dengan pemilihan binatang yang tidak bercela (3:1, 6) dan dibakarnya bagian-bagian terbaik dari binatang sebagai persembahan kepada Allah (3:3-5, 9-11, 14-16). Kedua, persekutuan dengan sesama, ditandai dengan pemberian sebagian daging kepada imam (7:32-35) dan sebagian lagi kepada umat untuk dimakan bersama dalam persekutuan (7:15-17).
Dalam sejarah bangsa Israel, korban keselamatan juga dipersembahkan dalam acara-acara perayaan dan ucapan syukur. Ketika Musa menuntun bangsa Israel mengikat janji setia kepada Allah, mereka mengakhirinya dengan membakar korban keselamatan (Keluaran 24:1-11). Saat Saul ditahbiskan menjadi raja bangsa Israel oleh Samuel, mereka mempersembahkan korban keselamatan sebagai tanda ucapan syukur (1 Samuel 11:14-17). Ketika raja Salomo bersama bangsa Israel mendedikasikan Bait Suci, mereka mempersembahkan korban keselamatan dalam jumlah yang sangat banyak (1 Raja-raja 8:54-66).
Umat percaya masa kini tidak perlu mengikuti peraturan di atas secara literal. Namun, kita dapat menerapkannya dalam dua cara: Pertama, selalu bersyukur kepada Allah atas keselamatan dari-Nya lewat berbagai cara. Selain doa ucapan syukur, bentuk persembahan syukur apa yang dapat Anda pikirkan? Kedua, meningkatkan kepedulian kepada sesama. Rencanakan satu atau dua hal khusus pada minggu ini sebagai wujud kepedulian kepada sesama! [TF]
"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus." Efesus 5:20-21