Allah dalam anugerah-Nya telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Tanah Mesir. Namun, apakah anugerah Allah membuat umat Israel bebas dari persoalan?
Dalam bacaan hari ini, Musa menceritakan kembali betapa sukarnya mengatur sebuah bangsa besar yang baru keluar dari Tanah Mesir. Musa mengatasi kesukaran di atas dengan pemikiran untuk mengangkat orang-orang yang terpercaya dari setiap suku guna mengatur dan mengadili urusan rakyat (1:9-13, 15-17). Kemudian, bagian ini diikuti dengan pemikiran untuk mengintai lebih dulu kota-kota orang Amori (1:20-22). Kedua pemikiran di atas direspons dengan kata "baik" (1:14, 23).
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan kedua pemikiran di atas. Keduanya baik karena dapat menyelesaikan masalah saat itu serta menjadi persiapan untuk menghadapi ancaman di masa depan. Yang menjadi masalah adalah bila pemikiran manusia diperlakukan sebagai Tuhan/berhala, yaitu bila pemikiran dan kemampuan manusia membatasi Tuhan Allah. Ketidakpercayaan membuat Tuhan geram dan menghukum umat Israel. Ketidakpercayaan ini muncul setelah pengintaian selesai dan sebagian besar umat Israel berpikir bahwa tidak mungkin bangsa Israel bisa menang melawan orang Amori.
Di satu pihak, orang Kristen yang telah diselamatkan oleh anugerah Kristus tak boleh sekadar melemparkan segala masalah kepada Tuhan. Pakailah akal budi untuk menyelesaikan masalah. Di lain pihak, kita tak boleh mengandalkan akal budi saja. Kita harus membawa semua pemikiran kita kepada Tuhan dalam doa dan memeriksa pemikiran kita dalam terang firman Allah. Saat masalah nampak tak mungkin teratasi, ingatlah bahwa Allah dapat membuka jalan bagi umat-Nya. [MB]
"Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas." Amsal 3:13-14