Kita tidak tahu pasti bagaimana perasaan Musa saat melihat tanah Kanaan dari puncak gunung Pisga: mungkin sedih, tetapi mungkin juga bahagia. Mengapa demikian? Musa rindu melihat kemuliaan TUHAN (Keluaran 33:18), lalu TUHAN berbicara berhadapan muka dengan Musa (Keluaran 33:11; Ulangan 34:10). Musa tidak masuk Tanah Perjanjian namun dia masuk ke dalam hadirat Allah. Dia berjumpa dengan Tuhan sendiri! Bukankan perjumpaan ini menimbulkan sukacita yang tidak terkira? Musa meninggalkan semua kenikmatan Mesir karena lebih memilih Kristus (Ibrani 11:25-26). Karena tanah perjanjian yang sejati bukan Tanah Kanaan, melainkan Kerajaan Allah, yaitu kehidupan yang selalu dekat dengan TUHAN baik di bumi ini atau pun di sorga.
Secara teologis, Musa sangat bersukacita di akhir hidupnya. Dia tidak hanya melihat Tanah Perjanjian di bumi ini, namun dia melihat lebih dari itu. Dia melihat, "tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air sorgawi" (Ibrani 11:16). Musa bukan hanya melihat tanah air sorgawi, melainkan dia menuju ke sana untuk berjumpa dengan TUHAN. Hal ini mengingatkan kita pada Yesus Kristus yang telah pergi untuk "menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." (Yohanes 14:2-3)
TUHAN menguburkan tubuh Musa di tanah Moab, di dekat Bet-Peor, namun TUHAN memelihara roh Musa, sehingga 1400 tahun kemudian Musa muncul di sebelah Yesus Kristus (Matius 17:3). Musa aman dalam tangan Tuhan. Kita juga bisa memperoleh damai dalam Tuhan Yesus Kristus, karena baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan! [MB]
"...aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus-- itu memang jauh lebih baik" Filipi 1:23b