Matius 5-7 adalah bagian yang sangat terkenal yang disebut sebagai khotbah di bukit. Tuhan Yesus menujukan khotbah ini bagi murid-murid-Nya (5:1-2). Dalam khotbah ini, Tuhan Yesus menyebut identitas murid-Nya sebagai "garam dunia" (5:13) dan "terang dunia" (5:14). Untuk bisa mewujudkan identitas tersebut dalam kehidupan sehari-hari, para murid harus menjadi orang yang berbahagia. Kebahagiaan yang sejati tidak akan terpengaruh oleh kekayaan yang dimiliki, kondisi emosi, kekuasaan (jabatan), situasi, untung-rugi, dan kesenangan. Sumber kebahagiaan yang sejati adalah relasi dengan Allah dan hal-hal yang bersifat kekal yang disediakan Allah bagi anak-anak-Nya. Bahkan, dianiaya karena melakukan kebenaran pun tidak bisa melenyapkan kebahagiaan anak-anak Allah. Bila kita memiliki kebahagiaan semacam itu, jelas bahwa kehadiran kita akan mempengaruhi setiap lingkungan yang kita masuki. Kehadiran kita akan seperti garam yang memberi rasa baru kepada lingkungan kita serta menjadi terang yang membuat orang-orang yang bersikap mementingkan diri sendiri, menyalahgunakan kekuasaan, menindas orang lain, dan hidup dikuasai hawa nafsu merasa malu atas perbuatan mereka.
Sebagai garam dan terang dunia, murid Tuhan Yesus harus memiliki standar moral yang lebih tinggi daripada ahli Taurat dan orang Farisi. Bila ketaatan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi merupakan ketaatan "tampak Luar", ketaatan murid-murid Tuhan Yesus seharusnya merupakan ketaatan yang muncul dari dalam hati, ketaatan yang bukan hanya menyangkut perbuatan, tetapi juga menyangkut motivasi atau penyebab dilakukannya suatu tindakan. Apakah ketaatan Anda terhadap firman Allah berasal dari dalam hati? [P]
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar , dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi." Matius 5:13-14