Sebagai Sang Mesias, Yesus Kristus adalah Tuhan atas hari Sabat. Dialah yang berhak menentukan peraturan tentang hari Sabat (12:8). Para ahli Taurat membuat rincian tentang Sabat yang melampaui maksud Allah. Allah menetapkan Sabat untuk kebaikan manusia, tetapi para ahli Taurat membuat peraturan tentang Sabat secara amat terperinci sehingga mengandung banyak kejanggalan dan menjadi beban berat bagi umat Allah. Misalnya, memetik bulir gandum (pada hari Sabat) untuk dimakan (karena lapar dan tidak ada makanan lain) serta tindakan menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat dianggap sebagai "pekerjaan" yang dilarang, tetapi menolong domba yang jatuh ke dalam lobang pada hari Sabat diizinkan. Peraturan semacam ini jelas lebih mengutamakan hewan daripada manusia dan bertentangan dengan konsep dasar Sabat yang ditetapkan untuk kebaikan manusia.
Sebagai Sang Mesias, posisi Yesus Kristus lebih tinggi (superior) daripada setan. Para ahli Taurat mencela pengusiran setan karena mereka tidak sanggup melakukan hal yang sama dan mereka tidak mau mengakui superioritas Tuhan Yesus. Ketika para ahli Taurat dan orang Farisi meminta tanda tambahan, Tuhan Yesus menolak karena tanda-tanda kemesiasan-Nya telah nampak jelas dari pelayanan-Nya. Mengingat bahwa Tuhan Yesus bukan lahir karena hubungan suami isteri, wajar bila hubungan kekeluargaan dengan ibu dan saudarasaudara-Nya secara jasmaniah harus ditinjau ulang (12:46-50). Supaya kita bisa menempatkan Tuhan Yesus, Sang Mesias itu, pada posisi yang tepat, kita harus bersedia merendahkan diri dan menundukkan diri di hadapan-Nya. Apakah Anda mengakui wewenang Tuhan Yesus untuk mengatur hidup Anda? [P]
"Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." Matius 12:6-8