Kemampuan yang dimiliki seseorang tidak menjamin bahwa orang itu akan memakai kemampuannya untuk kebaikan orang lain. Yang membuat seseorang memikirkan kebaikan orang lain adalah adanya belas kasihan. Adanya belas kasihan membuat Tuhan Yesus datang dari surga dan menghampiri orang berdosa (9:10-13). Adanya belas kasihan membuat Tuhan Yesus bersedia melayani orang yang sakit dan terabaikan (9:35-38). Adanya belas kasihan membuat Tuhan Yesus menyikapi persoalan dengan bijaksana (12:1-8). Saat mendengar bahwa Yohanes Pembaptis telah dipenggal kepalanya oleh Raja Herodes, Tuhan Yesus sadar bahwa situasi kurang baik sehingga Dia merencanakan untuk menyingkir. Akan tetapi, ketika melihat orang banyak yang datang dengan membawa masalah mereka, hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan sehingga ia menunda keberangkatan dan melayani orang banyak (14:12-14).
Belas kasihan kita berbeda dengan belas kasihan Tuhan Yesus. Walaupun kita bisa memiliki belas kasihan, tetapi kita belum pasti sanggup menolong orang yang bersangkutan. Sekalipun demikian, bila ada kemauan, pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan! Waktu melihat orang banyak yang dalam keadaan lapar, Dia dapat memberi makan 5000 orang laki-laki (belum termasuk perempuan dan anakanak). Waktu perahu yang ditumpangi murid-murid-Nya terkena angin badai, Tuhan Yesus sanggup menenangkan angin badai tersebut. Saat ini, ada banyak kebutuhan di sekeliling kita yang membutuhkan uluran tangan kita. Masalahnya, "Apakah hati Anda seperti hati Tuhan Yesus yang dipenuhi oleh rasa belas kasihan?" Bila ya, Apa yang hendak Anda lakukan? [P]
"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mer eka yang sakit." Matius 14:14