Injil Matius paling banyak menggunakan kata "munafik" dan "kemunafikan"--sebagai lawan kata ‘integritas’ dan ‘ketulusan’--di seluruh Perjanjian Baru. Kata ‘munafik’ ditujukan langsung oleh Tuhan Yesus kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang memang ingin menduduki kursi Musa (23:2). Tuhan Yesus bersikap sangat keras, sehingga ia sampai menjuluki para pemimpin yang munafik itu sebagai ular-ular dan keturunan ular beludak (23:33). Sejak peristiwa kejatuhan manusia di taman Eden, ular dalam Kejadian 3:1-5 melambangkan kebohongan, penipuan, kelicikan, manipulasi. KBBI daring mendefinisikan munafik sebagai: berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua. Betapa benarnya penilaian Tuhan Yesus saat Ia berkata, "... di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan" (23:28). Kedurjanaan di sini dapat berarti ahli mengelabui orang lain dengan berbagai cara (23:14), berusaha keras mempengaruhi orang agar menjadi jahat (23:15), sengaja mengaburkan kebenaran (23:16-22), mengabaikan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (23:23), suka merampas dan rakus (23:25), membuat klaim dan pencitraan yang keliru (23:30). Intinya, hati orang munafik penuh dengan tulang belulang--karena mayat yang membusuk dan sudah terurai--dan pelbagai jenis kotoran (23:27). Tidak ada yang lebih berbahaya daripada seorang pemimpin yang munafik.
Dunia ini memerlukan seorang pemimpin yang berintegritas dan tulus, yang bertanya kepada Tuhan dan menerima jawab-Nya dengan sepenuh hati, yang tutur dan tindaknya sama, yang setegar karang dan tidak undur untuk melakukan kebenaran dan keadilan--walaupun hal itu berarti melawan dunia, yang tidak memanipulasi dan mengorbankan pengikutnya demi prestasi serta reputasinya, yang memberi teladan dan inspirasi secara apa adanya (bukan dengan maksud ingin dikagumi dan dihormati), yang memeragakan membungkus kebesarannya dengan kesederhanaan sehingga dapat diakses segala kalangan, yang berusaha melakukan apa yang perlu--asal tidak bertentangan dengan kebenaran--dengan maksud supaya orang lain mendapat jasa dan keuntungan darinya, yang cerdik--bukan licik--tetapi tetap menjaga hati agar tetap tulus di hadapan Tuhan dan sesama. Sudahkah Anda menjadi orang/pemimpin seperti yang telah diuraikan di atas? Ingatlah selalu bahwa Tuhan membenci orang yang bersikap munafik!